Ketika Din menggambarkan ketidakadilan itu maka ia terpaksa menulis sajak yang realis sehingga menghambatnya untuk dapat bermain-main dengan metafor ataupun piranti puitik yang penuh dengan personifikasi maupun perumpamaan. Tetapi bukan berarti sajak-sajak Din secara intriksik dan struktural hampa dengan perumpamaan karena di beberapa sajak ia berhasil menggunakan piranti puitik yang orisinil seperti sajaknya yang berjudul "Mawar"
Mawar
sekuntum mawar
batangnya alif
daunnya lam
kelopaknya mim
mekar dalam hati
Banda Aceh, Maret 1993
Sajak di atas sangat padat dan ringkas. Gagasan ide disampaikan dengan diksi yang hemat, serta metafor yang memiliki kesinambungan dengan tema utama antologi sajaknya yakni mencoba menafsirkan ketuhanan dan spritualitas individunya. Setelah membaca sajak Din yang berjudul Mawar di atas, saya teringat kepada mawar yang lain. Sebuah mawar dalam sajak Jalaluddin Rumi seorang penyair mistis (sufi) dari Persia yang lahir pada 6 Rabiulawal 604 H (30 September 1207 M) dan meninggal pada tanggal 3 Jumadilakhir 627 H (16 Desember 1273 M). Rumi mengingatkan kita akan kelemahan bahasa tulisan dan simbolis yang tersusun dari seperangkat huruf dan lambang dan ia menyampaikan sebagai berikut:
Pernahkah Anda kenal nama, tanpa
realitas? Atau pernahkah menyunting sekuntum