Koordinasi dengan pihak lain sangat dibutuhkan pada pelaksanaan bimbingan dan konseling (BK). Hal ini lantaran kasus yang dihadapi peserta didik sering kali melibatkan banyak sekali aspek kehidupan mereka, misalnya lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tanpa adanya koordinasi yang baik, layanan bimbingan dan konseling mungkin tidak bisa memberikan solusi yang tepat dan efektif. Beberapa yang dapat berkoordinasi dalam pelaksanaan programbimbingan dan konseling yaitu orang tua peserta diidik, wali kelas, guru mata pelajaran, pihak luar seperti psikolog, psikiater, atau lembaga sosial.
Berikut merupakan beberapa alasan mengapa koordinasi ini sangat penting yaitu koordinasi menggunakan pihak lain, misalnya orang tua, wali kelas, atau pengajar mata pelajaran, membantu konselor tahu kondisi peserta didik secara menyeluruh. Informasi berdasarkan berbagai macam pihak memberikan gambaran mengenai kehidupan peserta didik, baik pada rumah, sekolah, juga komunitas, sehingga pendekatan yang dilakukan lebih relevan dan tepat sasaran.
Kemudian dengan melalui kolaborasi menggunakan wali kelas atau pengajar mata pelajaran, konselor bisa lebih cepat mendeteksi perkara yg mungkin dihadapi siswa. Guru mata pelajaran tidak jarang sebagai pihak pertama yang melihat tanda-tanda adanya perkara ataupun masalah, misalnya penurunan prestasi atau perubahan perilaku, sehingga laporan guru wali kelas maupun guru mata pelajaran pada konselor sangat membantu pada pencegahan dini. Koordinasi pula membantu pada memanfaatkan sumber daya secara maksimal. Misalnya, konselor bisa bekerja sama menggunakan forum eksternal untuk memberikan pembinaan keterampilan, terapi psikologis, atau layanan lainnya yang tidak bisa disediakan oleh sekolah.
Dengan melibatkan berbagai macam pihak, layanan bimbingan dan konseling menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan siswa. Orang tua dan guru pula merasa lebih dilibatkan, sehingga mereka lebih mendukung program bimbingan dan konseling yang dijalankan. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, koordinasi dengan pihak lain bukan hanya sebuah kebutuhan, namun pula sebuah taktik atau strategi untuk memastikan layanan yang diberikan benar-benar tepat sasaran dan berguna bagi siswa.
Meskipun koordinasi menggunakan banyak sekali pihak sangat penting, namun terdapat beberapa tantangan yang tidak jarang dihadapi. Misalnya, kurangnya keterlibatan orang tua lantaran kesibukan atau perbedaan pandangan tentang pendekatan yang dipakai pada layanan bimbingan dakonseling. Selain itu, komunikasi yang kurang efektif antara konselor, guru, dan pihak lain bisa merusak keberhasilan program. Oleh karena itu, perlu adanya sistem komunikasi yang terstruktur untuk memastikan setiap pihak tahu peran dan tanggung jawabnya.
SMA Negeri 2 Cepu telah melaksanakan kolaborasi strategis dengan pihak eksternal, khususnya Kepolisian, untuk menangani kasus-kasus yang memerlukan intervensi keamanan dan hukum. Selain itu, Bidang bimbingan konseling juga melakukan kerjasama dengan psikolog profesional untuk memberikan dukungan psikologis kepada siswa yang membutuhkan, seperti kasus siswa kelas 10 SMA Negeri 2 Cepu yang memerlukan bantuan psikologis.
G.Penanganan Kasus Khusus Siswa dan Prosedur yang terstruktur
Kasus peserta didik yang khusus merupakan situasi problematik yang memerlukan perhatian lebih mendalam karena kompleksitasnya dan dampaknya terhadap perkembangan peserta didik. Contoh kasus khusus antara lain gangguan emosi, perilaku menyimpang, perundungan, kecanduan, atau masalah keluarga yang serius. Kasus ini tidak dapat ditangani secara umum, penanganan kasus ini memerlukan pendekatan khusus atau pendekatan individual yang terstruktur sesuai kebutuhan peserta didik, untuk memastikan solusi yang diberikan efektif dan tepat sasaran serta sesuai kebutuhan peserta didik. Tugas BK adalah memastikan peserta didik mendapat dukungan yang tepat untuk mengatasi permasalahannya.
Guru bimbingan dan konseling biasanya memiliki prosedur terstruktur dalam menangani kasus khusus yang dialami peserta didik. Prosesnya mencakup tahapan yang jelas, dimulai dengan identifikasi masalah, asesmen, dan hingga penyelesaian kasus. Setiap tahapan dilakukan secara sistematis untuk memastikan penanganan efektif dan sesuai dengan kondisi peserta didik. Prosedur atau langkah-langkah ini dimaksudkan untuk memberikan bimbingan kepada konselor dalam menghadapi berbagai jenis permasalahan siswa.
Langkah pertama dalam proses penanganan kasus khusus adalah identifikasi masalah. Guru mata pelajaran dan wali kelas, atau teman sekelas sering kali menjadi orang pertama yang menyadari tanda-tanda adanya masalah, seperti perubahan perilaku atau penurunan nilai. Informasi ini selanjutnya dapat diteruskan ke guru BK untuk diproses lebih lanjut. Mengidentifikasi lebih awal ini sangat penting untuk menentukan tingkat urgensi masalah dan mengambil langkah yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Setelah melakukan identifikasi awal, konselor melakukan asesmen mendalam untuk mengetahui akar permasalahan yang dihadapi siswa. Proses ini dapat berupa wawancara yang melibatkan peserta didik, orang tua peserta didik, dan para guru yang terkait, serta penggunaan alat bantu misalnya seperti kuesioner atau tes psikologis. Hasil asesmen ini dapat dipakai untuk merancang intervensi yang sinkron atau sesuai denga apa yang dibutuhkan dan bagaimana karakter peserta didik.