Dia enggak tahu bahwa self-acceptance is truly embracing who you are.
Manusia yang hidup di zaman ini dicekoki dengan proses yang serba instan, cerita yang serba plot twist, bahkan dongeng happily after ever.
Well, hidup enggak sepenuhnya seperti ini.
Hidup punya proses. Hanya saja, orang tidak menunjukkan prosesnya karena bagi dia cukup dia yang tahu bagaimana dia berproses.
Hidup ga melulu soal plot twist si korban bullying berakhir dengan menjadi direktur atau CEO start up besar. Enggak. Kadang kita bakalan tetap jadi figuran yang ada di bayang-bayang. Bahkan kadang, kita bisa aja mati kelaparan dan dalam kesedihan karena kehidupan ever after yang memang ga pernah eksis.
Kalau gitu buat apa lagi hidup kalau sekedar jadi pemeran tanpa nama?
Di sinilah pentingnya mengenal diri sendiri.
Ketika kamu udah kenal dengan diri sendiri, ga peduli seterpuruk apa dan peran apa yang kamu mainkan, even jadi pemeran abstrak di ujung koridor sekalipun, kamu tetep tahu bahwa kamu pantas.
Kamu gak akan pernah ragu sama diri sendiri. Knowing yourself helps you release self-doubt.
Mengenal diri sendiri akan membuat hidup kamu jauh-jauuuuh lebih baik. Karena dengan ini, kamu ga akan pernah merasa kecil. Kamu gak akan rendah meskipun direndahkan.
Jadi, jika kamu merasa bahwa kisah anak kecil itu relate dengan kehidupanmu, yang harus kamu lakukan adalah berhenti fokus pada pembuktian diri. Berhenti mengharapkan pengakuan.