Riana terdiam dan memandang lurus ke depan, goloknya ia lepas dan jatuhkan ke sofa. Riana iba dan luluh melihat kesedihan Zia.
"Maafin, aku,"
"Iya,"
"Tapi, sampai kudengar mereka nyentuh elo, jangan pernah lo tenangin gue kayak tadi. Orang kayak itu nggak layak hidup di dunia ini. Penjahat kelamin!"
Zia bernapas lega, meski ia tambah khawatir karena paham jiwa Riana yang berangasan itu. Ia juga paham dengan tabiat orang-orang di lingkungannya yang tak bisa diubah dengan singkat.
Hidup menjadi janda memang tidak enak dan Zia siap menjalaninya meski dianggap macam-macam. Ia yakin semua anggapan, fitnah, cacian pada saatnya nanti akan berbalik kepada pembuatnya.
"Kamu harus terus berbuat baik, meskipun orang tidak baik ke kamu. Tugas kita itu hanya berbuat baik, bukan menanggapi segala hal yang tidak baik dari mereka, Zeynab."
Zia si janda cantik ini ingin mengajak anaknya agar tidak menggubris perilaku tidak baik orang untuk tetap melakukan kebaikan, Â karena hidup akan menjadi lebih baik dengan seperti itu. Itu yang sangat Zia yakini...***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H