Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nasib Si Janda Cantik

20 September 2024   17:53 Diperbarui: 20 September 2024   20:17 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana tidak menjadi "ras terkuat di dunia" jika ia harus mengambil alih peran suaminya almarhum. Begitupun dengan yang lain, mereka para "emak-emak harapan bangsa" itu pun setali tiga uang dengan Zia. Tentu dengan beragam masalah, bahkan tidak hanya bicara berperan ganda sebagai ayah bagi anak-anaknya.

Belum lagi dengan "stempel" janda yang melekat!

Masih banyak orang kita yang memiliki pandangan negatif terhadap janda. Apalagi janda muda yang cantik seperti Zia.

Ada yang menganggapnya sebagai perempuan gatal, jarang dibelai alias jablay, dan julukan-julukan lain yang sebenarnya mengarah pada tindak pelecehan.

Hanya karena ulah oknum segelintir, para janda seluruhnya sering terkena getahnya. Norak emang!

Zia yang kini merasakan itu semua selalu ingin memuntahkan apa yang dirasakannya, namun ia masih menyayangi dirinya serta Zey. Ia tak mau ribut dan berkonflik dengan orang-orang di lingkungannya.

"Tapi mereka kurang ajar, Zia!" 

Riana, teman SMA nya yang tomboy dan belakangan ini sering main ke rumah kerap tersulut emosinya melihat sahabatnya dilecehkan seperti itu. 

Dan kacaunya lagi, ada gosip tak sedap, eh mana ada gosip yang sedap ya? Sebuah gosip yang akhirnya sampai juga ke telinga Zia dan Riana.

"Ini nggak bisa di diemin Zia!" Riana berkata sambil menghunus golok dan mengasahnya dengan batu asah di dapur rumah Zia.

"Yan, apa-apaan sih kamu. Nggak gitu juga kali," Zia berkata dengan cemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun