Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gunting Berdarah

2 Juni 2019   10:54 Diperbarui: 2 Juni 2019   11:16 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sudir masih berpikir panjang
"Aduh,  Ya Tuhan, Mas berpikirlah, jangan diam saja" desak Irma ke Sudir


"kamu tidak lihat sekarang saya lagi berpikir, pikiran saya buntu, gara-gara polisi sialan itu datang kesini" ungkap Sudir


Apa?, Polisi sudah datang, terus kamu bilang apa mas" ketakutan Irma memuncak
"saya hanya bilang, saya tidak tahu apa-apa dengan masalah Ujang"


Irma pun menghela napas, "syukurlah . "Tapi kalau Polisi datang lagi, apa yang harus saya lakukan mas, O tuhan, saya jadi gila dengan masalah ini"

 Irma pun mendekati Sudir dan menggoyangkan tubuh Sudir
Sudir pun tergangu dengan sikap Irma dan langsung memarahi Irma


"Irma yang kita butuhkan sekarang hanya ketenangan dan berpikir, bukan sepertimu yang selalu menyalahkan keadaan, makanya pakai otak untuk berpikir" menatap dengan mata tajam ke Irma


Irma ketakutan dengan tatapan dari Sudir, " janganlah kamu menatapku seperti itu"
"jadi sekarang kamu pulang kembali kerumah, dengan perasaan seperti hari kemaren, jika sedikit saja kamu salah tindakan, taruhannya nyawa kita berdua di penjara atau kamu mau mati sia-sia" dan memegang pundak Irma
Irma pun berupaya menguatkan hatinya terombang ambing ketakutan, untuk kembali kerumah, dengan menatap Sudir penuh harap.


Setelah kepergian Irma, Sudir berupaya menenangkan jiwanya, dan kembali membuka kedainya . tidak lama kemudian pelanggan datang untuk memotong rambut.
"silahkan duduk dikursi ini Ton" menunjuk kursi depan cermin besar


"dibotokin aja Sudir, sudah capek saya rambut panjang" ucap Anton , sipelanggan setia Sudir
"siap Ton" dengan gesit Sudir memotong, namun pikiran Sudir mashi mencari solusi dari permasalahanya
Setelah rambut di potong habis, tinggal bagian kumis yang harus Sudir rapikan, tidak lama kemudian Anton teringat sesuatu..
"saya dapat kabar kalau Ujang, hilang selama 3 hari" Tanya Anton


Langsung darah Sudir mengalir begitu deras, dan jantunpun berdetak tanpa kendali, seketika seseorang menyebut nama Ujang dihadapannya, Sudir mencoba memegang gunting dengan tenang, tanpa bergetar.
"Saya juga prihatin dengan kehilangan Ujang, setelah kematian putrinya dia memang sudah tidak waras lagi" jawab Sudir


"tapi kehilangan Ujang masih tanda Tanya besar bagi diri saya Sudir"
"biarkan pihak yang berwajib memikirkan dan memecahkan masalah Ujang Ton, kita hanya orang biasa yang punya kesibukan untuk mencari nafkah anak bini" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun