Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gunting Berdarah

2 Juni 2019   10:54 Diperbarui: 2 Juni 2019   11:16 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"kalau begitu mari kita ke kuburan putri ibuk" bergegaslah polisi dan istri untuk ke kuburan .

Pohon-pohon rindang mengugurkan dedaunan kering yang di terpa angin. Gundukan --gundukan tanah yang jumlahnya puluhan, menunggu kedatangan istri dan rombongan polisi. 

Beberapa kuburan sudah ditutupi rumput ilalang, kemudian beberapa kuburan datar dengan tanah. Tidak ada satu orangpun berada disekitaran kuburan.
"sepertinya suami ibuk, tidak ada disini" tegas polisi setelah melihat dan mengelilingi kuburan sekitar


Istripun hanya diam, kemudian berjalan dan menangis dikuburan putrinya "oh, Tuhan, cobaan apa lagi ini, yang kau berikan padaku" memeras tanah kuburan putrinya
Polisi pun membantu ibuk tersebut untuk berdiri, "ibuk, percayakan pada kami, kami akan membantu mencarikan suami ibuk, jadi ibuk jangan bersedih lagi",


"janji ya pak, meskipun kondisinya tidak normal, tapi dia tidak pernah menyakiti saya pak, mohon bantuannya pak"  dengan mata berlinang menatap ke polisi.
Akhirya polisi dan istri Ujang pun kembali kepemukiman warga, dengan wajah murunng.

 ****


Papan nama  sebesar setengah meter yang catnya sudah pudar bertuliskan Sudiro Cukur Pria dan sekaligus gambar gunting besar di papan tersebut. 

Digantungkan di  sebuah dinding toko sebelah kanan. Toko yang terletak di sebuah persimpangan tiga ini selalu ramai didatangi pelanggan dari anak-anak dan juga orang dewasa. 

Dari rambut hitam, putih, tebal, tipis, keriting , lurus, ikal, sudah dipotong dengan guntingnya bapak Sudir, tapi dari banyak jenis rambut hanya  rambut gimbal yang belum  dipotong oleh Sudir.  Jika dari kejauhan  satu Km tulisannya masih bisa dibaca oleh pelanggan yang ingin memotong rambut.  Toko tersebut milik Bapak Sudir, sejak dari dia masih muda. 

Sekarang umurnya sudah mendekati 40 tahun memiliki dua orang putri dan satu orang istri. Bapak Sudir memiliki tubuh tinggi, berkulit hitam manis  dan rambut yang  selalu mendekati botak.  Meskipun putrinya menyuruh untuk memanjangkan rambut bapak Sudir tetap tidak mau dengan alasannya


 "Sari bapak ini tukang cukur jadi tidak ada waktu bapak untuk merawat rambut bapak sendiri, tapi kalau urusan merapikan rambut orang lain, itu baru tanggung jawab bapak"
Sari hanya mengeleng kepala " bapak sibuk urusan rambut orang sedangkan Ibuk sekarang sibuk dengan jualan dipasar, semua orang di rumah sibuk" cemberut Sari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun