Kesedihan Sari hilang ketika dia mengusap rambut bapaknya"tuh kan, rambut bapak runcing-runcing," sambil mengoceh ke rambut bapak, namun beberapa saat Sudir melamun panjang
Sari yang masih ngoceh melihat keheranan dengan sikap Sudir yang banyak diam
"bapak, kok diam saja, kan Sari lagi ngomong" menatap ke Sudir
Meskipun sudah ditegur anaknya, Sudir masih memikirkan mayat di belakang kedainya, yang nanti akan mengeluarkan aroma bangkai.
Langsung Sari memukul punggung Bapak " yaudah aku pulang ke rumah, percuma bicara tapi ngak bapak dengarkan" marah si Sari
Sari pun langsung pulang, tanpa pamit ke bapaknya, dengan sepeda kesayanganya dia gayuh sepeda sampai ke rumah. Setelah Sari pergi, Ujang langsung kebelakang untuk melihat gundukan tanah yang ditutup dengan daun pisang, dan daunan kering. Ketika tidak ada yang aneh dengan lega Sudir kembali ke kedai dan mengunci pintu belakang.
****
Tiga hari sebelumnya, Sudir selalu bertemu dengan Irma di sebuah tempat. Irma yang sudah merasakan nyaman dengan Sudir, menceritakan penderitaanya dengan Ujang.
 " Mas, saya tidak tahan lagi dengan Mas Ujang, yang gila itu, dia selalu membuat pelanggan saya pergi dari kedai Mas, kalau seperti itu terus bisa-bisa usaha saya bangkrut" cengeng Irma ke Sudir
"iya , kamu usir saja dia di kedai, atau jika perlu kamu ikat saja dia di rumah" Sudir pun memberikan saran
"sebenarnya Mas, saya sudah mau mengantarkannya ke rumah sakit jiwa, tapi ibuk mertua dan ibukku selalu marah padaku, jika itu yang saya lakukan padanya", dengan menatap ke Sudir
Namun Sudir, terdiam beberapa saat untuk berpikir
"Mas, peduli ngak sama saya, kalau tidak hubungan ini, kita akhiri saja seperti ini" kesal Irma yang mulai emosi