Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gunting Berdarah

2 Juni 2019   10:54 Diperbarui: 2 Juni 2019   11:16 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"percuma saya mengadu sama Mas, tapi tidak mendapatkan solusi, kadang Mas ini pengecut  dan bodoh jadi laki-laki" dengan suara yang mulai lantang
Sudir pun menenangkan Irma, "Iya, nanti saya cari solusi biar dia tidak menggagu mu lagiya" senyum Sudir kepada Irma, selingkuhannya itu.


Selain bertemu langsung Irma dan Sudir juga sering berkomunikasi lewat hp setiap harinya. Hubungan mereka berdua masih disembunyikan dari semua orang. Sampai akhirnya  mereka menunggu waktu yang tepat untuk bisa diketahui  banyak orang .  

****


Setelah satu jam menunggu pelangan akhirnya  lelaki tua dengan rambut tipis yang berwarna putih yang ditutupi peci masuk ke toko dan  langung duduk dikursi untuk dipotong rambutnya. Sudir langsung pergi kebelakang pelanggan dan menempelkan kain kemudian dilingkarkan dileher pelanggan.  


"pak, potongnya seperti apa pak?", soalnya Sudir tidak mengenali si bapak ini sebelumnya,
"ditipiskan saja semuanya tapi jangan sampai botak" ,


Sudir mengambil gunting dan membayangkan potongan seperti apa yang cocok buat kakek tua ini, soalnya ilihat dari pakaiannya sepertinya bapak ini bukan sembarangan orang, bisa jadi dia adalah pensiunan sipil. Selama ini berkat ketekunan dan kehebatan Sudir dalam menentukan gaya rambut yang cocok untuk pelanggan. 

Terlihat kakek tertidur pulas ketika Sudir merapikan rambut dan kumisnya sekaligus"
 Sudir membangunkan dengan tidak mengagetkan kakek, kakek membuka mata dan melihat gaya rambuntya terbaru dia merasa muda lagi dan terlihat lebih segar. 

Sudir tersenyum melihat tingkah kakek yang lama bergaya di depan cermin," ternyata memang benar kata orang, bahwa kau sangat berbakat dalam memotong rambut, ini uang untukmu dan mengeluarkan uang 50.000 dan di berikan kepada Sudir "tidak usah dikasih kembaliannya, ambil saja untukmu".


Sudir pun kaget dan heran dengan tingkah kakek ini, meskipun Sudir menolak Kakek tetap memaksa Sudir untuk mengambil, "sampai berjumpa lagi di potong rambut selanjutnya", melambaikan tangan langsung pergi kedalam mobil mengkilat berwarna hitam.  
Setelah kakek tua itu pergi Sudir menyapu kedainya dengan memasukan rambut ke dalam karung. 

Sekarang tumpukan satu karung berisi rambutpun sudah tertata di belakang pintu belakang kedai Sudir. Setelah semua bersih Sudir beristirahat dan tertidur di atas kursi. Tanpa mengunci kedainya. Ketika Sudir tertidur pulas. Suara serine mobil polisi mengejutkan Sudir yang tertidur pulas, langsung Sudir berdiri ketakutan dengan rombongan polisi yang mengintrogasinya.


"selamat sore pak", hormat polisi dihadapan Sudir
Dengan wajah pucat Sudir menjawab" selamat sore pak, ada apa pak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun