"Iyes, minta duit, yah."
"Nah, lho. Kok, ngono? Buat apa?"
"Rizky ga mau rugi terlalu banyak. Udah rugi tenaga, waktu, pikiran, uang. Mestinya sih ga rugi ya kalau mengatasnamakan pertemanan. Sekarang rugi juga kalau harus beli eksternal hard disk. Copy file itu, terus kasih ke temen. Foto serah terima, sebarkan di wag. Biar beres."
"Sekarang kamu nih yang ngehek ke ayah."
"Ayah dapat pahala aja, mumpung mau subuh. Sedekah subuh, yah. Dua ratus ribu aja. Cuma 500 Gigabyte. Sekarang murah. Pagi pesan pakai gosend same day, siang copy file, malam kirim ke salah satu panitia. Oke, yah."
Terdengar adzan subuh.Â
Ternyata sudah lebih dari lima menit pembicaraan itu. Ayah ambil hape, kotak katik sebentar, perlihatkan layar hape berisi bukti transfer. Berdiri, ambil dua sarung di atas buffet. Tanpa kata, sodorkan sarung ke Rizky. Berdua mereka berangkat ke masjid yang hanya berjarak lima rumah.
Rasanya sejumlah angka yang tertera di layar hape akan menyelesaikan masalah. Anak beranak sepakati sebagai sedekah. Tetap saja pada Subuh, mereka mencari berkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H