Lima tahu sudah ia tinggalkan lelaki itu. Tanpa kabar apapun. Tanpa berita apapun. Tak ada surat. Tak ada telpon. Tak ada e-mail. Tak ada apapun yang ia kirimkan pada lelaki itu. Sementara surat-surat, deringan telpon dan e-mail dari lelaki itu, terus datang dan datang.
Ya, mungkinkah ia kembali?
Elma menarik nafas dalam-dalam. Sesayat luka kembali tergores di hatinya. Mengucurkan perih yang terus saja membasahi kalbunya.
Diturunkannya travel bag dari pangkuannya. Diletakkannya di atas lantai. Akhirnya, iapun merebahkan diri. Memejamkan mata. Membiarkan jendela kamarnya terus terbuka.
Di atas meja, tergeletak sebuah tiket penerbangan Roma -- Jakarta. Dan di sampingnya, sebuah undangan baru nampak terbuka. Undangan perkawinan, dari Yuda.
*Catatan: tulisan ini telah tayang sebelumnya di blog pribadi penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H