"Amiiin...... " secara refleks Wiwin mengamini. Bu Yanti mengernyitkan dahi.
"Kamu mengamininya Win?"
"Win mengamini? Kapan?" Wiwin kaget sendiri.
"Baru saja!"
"Och!"
"Kamu suka Denny ya?"
Gadis  itu tidak menjawab. Pertemuan singkat dengan pemuda Jakarta bernama  Denny baru saja berakhir. Namun gadis itu merasa ada sebuah sorot mata  yang aneh.
"Sorot mata Mas Denny seperti pernah Win kenal....  yaaaa.... sorot mata itu telah lama aku kenal. Win kenal... tapi di mana? Di  alam arwah? Ouch mungkin, mungkin saja di alam arwah? Jika jiwa ini  telah dijodohkan, maka ia akan mengenalnya kembali ketika di alam dunia.  Mas Dennyyy.... jangan-jangan kita dulu pernah bersama. Mas dulu yang  pernah dijodohkan dengan Win di zaman azali. Yaaa... zaman azali, lauful  mahfudz, saat Win masih belum punya dosa sama sekali ....... Ya Allah.  Engkau bukakanlah jalan jika dia adalah Denny yang dulu engkau satukan  dengan Win....."
Air mata Wiwin menetes.
Ia pandangi  sekilas jamarat yang semakin jauh. Tempat mengenal Denny sekilas. Tempat  yang nanti malam akan ditinggalkan untuk mengakhirkan perjalanan haji  dengan thowaf ifadhoh di masjidil Harom.
Jamarat.... Selamat tinggal.....