"Maksudnya?"
"Rumah kita. Ya, rumah kita. Bukan rumah Bu Hajjh ataupun rumah Sujapar."
"Pak?"
"Kita tinggal satu rumah."
"Pak?"
"Silaturahim sampai mati."
"Pak?"
"Di penghujung usia kita yang sugah hampir tujuh puluh tahun, kita masih butuh teman untuk bertukar fikiran. Untuk saling menumpahkan kegelisahan hati. Juga menjalankan amanat persaudaraan haji kita. Haji Abdul dan Hajjah Syarifah sudah pasti, mereka suami istri. Praktis tinggal kita berdua. Bukankah itu akan lebih baik, dan lebih bermanfaat silaturahim kita jika kita satu... kita satu rumah ... resmi.... res .... Resmi sebagai suami istri....."
Hajjah Maryati tertunduk.
Wanita tua itu sama sekali tak menyangka Haji Sujapar menyatakan itu begitu lugas. Selama ini tak ada firasat apa-apa. Namun sebagai wanita ia tidak serta merta menyambut ajakan Haji Sujapar. Namun tetap saja ajakan laki-laki itu menjadi bahan pikiran dan ia coba turunkan ke hati, secara perlahan.
***