Margonooo! Tak! Tak! Tak!
Tak ada respons. Laki-laki itu bahkan melihat burung itu seperti kebingungan. Ia mengulangi memanggil burung itu dengan namanya. Tetap tak ada respon. Wajah Pak Margono puas. Ia merasa beban di hatinya benar-benar hilang.
“Terima kasih Pak Naryo!” kata Pak Margono sambal mengguncang-guncang pundak Naryo.
“Sama-sama Pak.”
“Namanya diganti?”
“Iya Pak, kalau nggak diganti nama, bagaimana mau memanggil burung ini agar manggung.”
“Siapa nama barunya?”
Naryo bersiap-siap menjentitkan jari di depan burung perkututnya.
Suwignyo! Suwignyooooo! Tak! Tak! Tak!
Huur ketek-kong kuk kong! Huur ketek-kong kuk kong! Huur ketek-kong kuk kong!
Burung perkutut itu manggung sambil mengangguk-anggukan kepalanya berulang-ulang. Pak Margono terhenyak.