“Iya Pak, ayah saya ngasih nama saya itu karena saya anak kedua, jadi Adi, Adik, nah Kartiko itu kata ayah karena lahirnya pas hari Kartini. Karena aku laki-laki, jadilah kartiko!”
“Oalahhh Di, Di, bukan itu maksudnya. Ayahmu pasti sedang bercanda. Nama kamu itu sesungguhnya bagus banget. Adi itu artinya bagus, Kartiko itu artinya bintang. Bintang yang bagus, bintang yang indah.”
“Tapi tidak islami.”
“Nggak apa-apa Di, Tuhan tidak menilai hambanya dari nama. Bapak sendiri namanya tidak Islami, tapi bapak suka. Shalat juga, Bapak yakin sholat Bapak diterima.”
“Begitukah Pak?”
“Pernah dengar nggak, di Jawa Barat ada Kyai terkenal, tukang da’wah, namanya aneh, Kyai Balap Muda! Jamaahnya banyak .... laris .... kondhang, apa jamaaah mempermasalahkan namanya?”
“Nggak tahu Pak!”
“Hahaaa.... ya sudahlah kalau kamu nggak tahu Di. Kalau ayahmu mengatakan kamu mau jadi apa terserah Pak Guru, itu amanat. Jadi, aku sarankan jadilah kamu santri .... masuk pesantren.”
“Kenapa Pak?”
“Siapa tahu, kamu adalah santri terakhir yang ada di dunia ini!”
“Wuiiih ..... mengerikan sekali Pak!”