“Memang begini adanya ... tiga tahun tak pernah ada sesuatu yang pasti.”
“Salma ... aku ingin menguji takdir. Aku bukan peramal, namun aku merasakan tiga tahun setelah kita perpisah ... akan ada sejarah. Dan yang aku harap memang sejarah tentang kita, bukan yang lain.”
“Hmh....”
“Salma, terima kasih souvenirnya. Aku suka sekali. Kalimatnya indah. Maknanya dalam. Tetapi yang aku inginkan bukan souvenir yang seperti ini ....”
“Kak?”
“Aku ingin souvenir dari Majalengka.”
“Bukannya dulu Kakak sudah simpan lukisanku.”
“Bukan itu.”
“Lalu apa?”
“Souvenir dari Majalengka. Souvenir yang indah tiada tara. Souvenir yang akan menjadi sejarah setelah tiga tahun aku uji takdirnya.”
“Apa Kak?”