Memulai dengan keyakinan tampaknya belum bisa dijalankan. Namun ia mencoba, biarpun masih diawali dengan setengah hati.
“Satu itu tentu butuh setengah Ke, yakin, selalulah yakin akan peluang bernilai satu!”
“Tapi aku memang masih ragu.”
“Pilihan memang ada dalam dirimu kok! Jika ragu ya sudah, mending jangan dilanjutkan.”
“Tapi peluang bernilai satu itu?”
“Harus diperjuangkan!”
Nasehat April yang cukup dalam mencoba dicerna Wike. Gadis itu menggeleng perlahan. Sepagi ini telah datang masalah-masalah rumit. Tapi ia juga sadar, masalah itu muncul karena dibuat sendiri.
***
Festifal Band antar kelas, Februari tahun ini.
Sejak pagi suasana halaman tengah sekolah hingar bingar. Parade penampilan perwakilan 33 kelas dalam festival band sangat meriah. Para pemandu sorak, juga para pendukung kelas langsung berjoged dan jingkrak-jingkrak ketika band kelasnya tampil.
Wike mendesah. Ia gelisah menunggu penampilan band Jabal-band XII MIPA 7. Justru bukan bukan wakil kelasnya XII IPA 6 dengan biduan Taofik. Ya, sosok qori ganteng yang kini bukan lagi Noval, yang ia tunggu. Irfandi. Urusan suara memang menjadi karunia pemuda itu. Mengaji oke, qiroah oke, mata pelajaran oke, menyanyi juga oke.