“Bilangin dari Wike, IPA 6.”
“Iya, iya hahaaa! Paham! Pahaaamm....!”
“Sampai-in ya?”
“Iyaaaa.... “
***
Pukul 05.00 pagi.
Wike telah bersiap-siap membenahi segala peralatan sekolah, ketika tiba-tiba datang SMS. Tangan gadis itu segera melihat SMS dari siapa.
“Wike, terima kasih titipan salamnya yang lewat Rafiq. Salam kembali ya ...”
Jemari gadis itu bergetar. Dadanya berdetak kencang. Qori itu membalas salam? Bayangan Irfandi, si qori ganteng berkelebat. Bibirnya tersenyum. Ia lihat nomor baru yang masuk: 089622x20xxx . Segera ia savenomor tersebut dengan nama Qori Ganteng.
Sebenarnya gadis itu mengirim salam itu hanya modal nekad. Memang Wike suka dengan Irfandi, tetangga kelas sejak X itu. Hanya sebagai anak perempuan tak mungkin ia memulai untuk menyatakan rasa sukanya. Lagi pula bagaimana mungkin? Melihat Irfandi dari jauh saja gadis itu sudah gemetar.
Pagi itu diawali dengan rasa bahagia. Wike sudah menyapu kelas. Ia mendahulukan menyapu teras kelas, dengan harapan Irfandi lewat. Ia ingin melihat si ganteng itu mengirim salam secara langsung, mengulang SMS. Dan tadi malam, ia sudah membayangkan akan terjadi dialog antara dirinya dengan Irfandi. Dialog yang mesra, dialog yang membahagiakan dirinya.