Bagi Wike, Irfandi sosok yang allround, serba bisa. Gadis ini memang suka, tetapi ia sama sekali tak punya keberanian untuk memberikan sinyal sukanya itu. Sekalinya nekad mengirim salam, ternyata malah salah orang. Inilah pengalaman yang membuat dirinya semakin tak berani mengungkapkan apapun. Takut salah. Namun di sisi lain pikirannya, ia tak ingin hal ini menjadi mitos pelemah usahanya mendekati Irfandi.
Pagi ini juga, dari rumah ia telah menyiapkan sekuntum bunga mawar. Ya bunga mawar merah natural yang ia petik dari pot yang ditanam sendiri. Ia telah siapkan itu untuk diberika kepada Irfan usai tampil menyanyi di festival.
Mendekati giliran Jabal-band tampil, gadis itu semakin gelisah. Ia telah menyiapkan bunga. Ia pandangi sejenak bunga itu. Ia membayangkan, usai penampilan Irfandi ia akan berlari ke bawah panggung, naik panggung kemudian memberikan bunga kepada Irfandi. Ia membayangkan betapa gemuruhnya aplaus penonton melihat adegan itu. Ia membayangkan tersenyum bangga bisa menunjukkan kepada semua orang bahwa ia suka kepada Irfandi.
“Saatnya tampilan Jabal-band perwakilan MIPA 7 dengan penyanyi Irfandiiiiiiiiiiiii!!!!”
Wike terhenyak ketika mendengar kalimat pembawa acara. Dada gadis itu berdetak keras. Waktunya semakin dekat. Dada gadis itu semakin tak teratur detaknya ketika muncul Irfandi memberikan salam kepada penonton dijawab dengan aplaus dan teriakan histeris gadis-gadis lain.
Lagu pertama usai. Lagu kedua, pilihan, membuat penonton semakin riuh. Lagunya Camelia dari Irwansyah.
Hati Wike menjadi tak keruan. Mendengar intro lagu itu, benar-benar jiwanya melayang. Bagaimana tidak? Di laptopnya ia simpan lagu itu. Tentu tak bakalan demikian jika yang ada di laptop adalah nyanyian Irwansyah. Ini bukan. Ya, gadis itu menyimpan rekaman lagu Camelia yang dinyanyikan oleh Irfandi, si qori ganteng itu. Iringannyapun asli iringan gitar Fandi pula.
Wike tertahan. Sementara yang lain menggerakkan tangan secara bersama-sama ke atas ke kanan ke kiri mengikuti irama sendi Camelia, gadis itu tertegun. Bunga mawar yang telah ia siapkan ia sembunyikan di belakang punggungnya. Pikirannya mendadak kalut. Pergulatan antara berani dan tidak. Ia berfikir betapa malunya jika tiba-tiba ia naik ke panggung, sementara ia mengenal banyak juga tidak. Tetapi? Ini adalah momen yang tepat. Ya, momen yang tepat di mana siapapun tampaknya begitu mudah naik ke panggung dan memberikan bunga kepada idolanya.
Lamunan Wike terlalu lama.
Ia tidak sadar ketika lagu Camelia telah usai ditingkah suara gemuruh aplaus. Bersamaan dengan itu tampak tiga orang gadis berebutan naik ke panggung untuk memberikan bunga kepada Irfandi. Ia sakit sekali melihat tiga gadis itu tampak ceria dengan tawanya, bahkan kemudian berfoto bersama. Ia cemburu yang amat sangat.