“Ada perlu. Booo.... boleh kita ke pinggir lapangan?”
“Oooo ada perlu. Boleh.. ayooo....”
Setelah keduanya minggir, Aris menata nafas. Gadis itu merengut dengan alis mata yang hampir bertemu lantaran berfikir akan apa yang dimaksudkan anak laki-laki yang baru dikenalnya itu.
“Iiini punyamu?” kata Aris seraya menyodorkan setangan leher.
“Kok punyaku?”
“Ada namamu .. tapi mungkin aku salah orang. Nama bordiran benang emas... Salsabila.”
“Oooo iya.... iyaaa.... ini.. bener ini punyaku. Hilang kemarin sore pas hiking. Kok kamu tahu namaku?”
“Menduga saja. Sebab kemarin ini aku temukan di bawah pohon... waktu kita ketemuan.”
“Iiih ketemuan!”
“Iya.. iya bukan, maksudnya ya itu. Ini kemarin kotor sekali, penuh lumpur. Sudah aku cuci, aku keringin, tapi belum kering bener.”
Gadis itu menerima setangan leher dari Aris. Ia mengamati beberapa saat.