Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel: Zaniar dan Ahmad Hong (2)

17 Maret 2016   15:47 Diperbarui: 17 Maret 2016   16:01 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu Zaniar sangat mengagumi ayahnya. Laki-laki itu pekerja keras. Sebagai kepala keluarga laki-laki itu tampak tegar. Kerja serabutan ia lakoni setiap harinya. Rejekinya juga tidak tentu. Tetapi ia tak pernah mengeluh tentang apapun. Keadaan ekonomi yang pas-pasan pun tak pernah dikeluhkannya. Di mata Zaniar keluarga yang utuh, ada ayah dan ibunya adalah sesuatu yang harmonis dan membahagiakan. Ia hampir tak pernah menolak apa yang ia makan setiap hari. Zaniar sebagai anak tentu menganggap itu hal yang wajar.

Namun di luar dugaan, suatu waktu laki-laki itu tak pernah datang lagi. Setelah satu minggu tidak pulang, ibunya kelimpungan mencarinya. Usahanya tak membawa hasil. Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga sekarang telah terhitung lima tahun laki-laki itu tak ada beritanya. Hingga akhirnya Wartini dan Zaniar tak mengingat-ingat lagi. Mungkin laki-laki itu masih hidup, tetapi keduanya tak pernah berharap lagi akan kehadirannya.

Duk! Byur! Aaaa…..!

Zaniar menjerit. Ia kaget sendiri. Lamunannya membawanya tak sadar kakinya menendang baskom berisi air hingga airnya tumpah membasahi lantai ke mana-mana.

“Ada apa Zan?” Tergopoh-gopoh ibunya mendatangi.

“Air ketendang Bu.”

“Oooohhh…kan ibu sudah bilang, di dekat pintu ada air bocoran.” kata ibunya seraya menggeleng-gelengkan kepala.

“Yaaa dulu ayah yang suka mengurus air bocoran.”

“Iya duluuu….. sekarang biar saja. Kapan-kapan kita bisa meminta tolong Mang Sarno.”

“Lebaran nanti ayah pulang nggak Bu?” tanya Zaniar sekenanya. Siapa tahu lebaran adalah hari yang dijadikan momen ayahnya untuk kembali.

“Jangan begitu Zan. Sudahlah ….. kamu shalat shubuh dulu, ini sudah jam setengah lima. Kesiangan shalatnya lho!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun