“Kenalkan saya Tomo.” kata pria itu sambil mengulurkan tangan.
“Nama yang lucuu…” secara refleks bibir Herlin mengucap kata yang ia sendiri kaget dibuatnya.
“Apa maksudnya lucu?”
“Eh, ooh… maaaf… tadi saya bicara apa ya? Ooohh… maaf, maaaf…” muka Herlin merah padam menahan rasa malu.
“Mbak Herlin bilang nama saya lucu?”
“Tidaak …. saya tidak bilang begitu. Mungkin saya sedang melamun.”
“Oooo… begitu? Tapi Mbak Herlin sehat kan? Maksudnya tidak sedang jet-lag?”
“Sehat …. sehat….!”
Belum selesai bercakap-cakap, keduanya berhenti ketika ada pramugari mendatanginya dan mengatakan bahwa penumpang telah turun semua. Pramugari meminta keduanya untuk segera turun meninggalkan ruang pesawat.
Dengan menahan sedikit malu, keduanya tergesa-gesa turun, Sambil menuruni tangga pesawat , Herlin sebenarnya menahan tawa ketika ingat pria itu mengenalkan diri. Tomo? Lucu sekali kedengaran di telinganya. Nama orang kok seperti nama desa. Gadis itu ingat nama desa yang berbatasan dengan kota Kadipaten. Kota kecil ini paling barat di wilayah kabupaten Majalengka, berbatasan dengan desa Tomo kabupaten Sumedang. Kadipaten – Tomo, keduanya dilewati jalan provonsi jalur Cirebon-Bandung.
Bandara Ngurah Rai……, gumam Herlin. Ia sama sekali tak menyangka bahwa secara tak terencana bisa menginjakkan kaki di pulau Dewata. Semua terjadi atas syukuran Pak Marwan, kepala UPT yang telah berhasil lulus mempertahankan desertasinya di US, dua minggu lalu. Inilah bentuk syukurannya, seluruh pegawai UPT ditraktir berlibur di Bali selama tiga hari.