“Dulu nilainya 92, dulu …. sekarang 99 , hampir sempurna!”
“Kau terlalu memuji Mas.”
“Kalau boleh aku menilai sempurna, tapi tidak. Sempurna hanya milik Allah. Cukuplah nilai itu.”
“Mas belum mengenal saya sepenuhnya, bagaimana mungkin Mas menilai saya setinggi itu?”
“Banyak info dari Ainun. Juga, aku khusnudzon. Khusnudzon adalah doa De. Keyakinanku dengan menilai setinggi itu merupakan doa, dan permohonan kekuatan dalam diriku, juga doa untuk De Herlin, untuk menjadi istri harapan calon suamimu ini. Istri yang selalu beranjak menuju kesempurnaan, sekemampuannya, agar diijinkan menjadi istri yang shalihah.”
“Aamiin Mas.”
“Kalau De Herlin shalihah, dan kita berjodoh, apa artinya? Orang yang baik hanyalah untuk orang yang baik…..”
“Mudah-mudahan Mas Tomo calon suami yang shaleh ….”
“Aamiin De. Kata Ainun benar De, sejak SMA De Herlin nggak punya pacar, ketika kuliah juga tidak punya. Ini yang aku suka. Dan akupun tidak suka pacaran. Bagi Mas itu merupakan informasi dari Ainun yang setiap saat menjadi mimpiku untuk mengenal lebih jauh De Herlin waktu itu. Tapi aku tahan, lebih baik kita mengenal sebentar, kemudian khitbah, kemudian menikah. Tanpa maksiat yang sia-sia ….”
Herlin bergetar hatinya. Ia merasakan bahwa pujian-pujian calon suaminya adalah sebuah nasehat yang mahal. Dan ia akan menunjukkan kepada suaminya, bahwa dirinya seperti harapannya.
“Iya Mas… “