Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Wasiat Ibu

22 Desember 2015   23:59 Diperbarui: 28 Desember 2015   21:32 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Malam itu Puspa mengajak suaminya menengok Pak Raden di rumas sakit. Di situ ada beberapa pembantu yang menunggui. Tentu saja Bu Haryanti. Tak ada anak-anaknya di sana.

“Anak-anak tak ada yang mau datang. Mereka sakit hati atas perlakuan ayahnya kepada ibunya.” kata Bu Haryanti hampir tak kedengaran.

Ibu terlalu tegar di mata putra-putra ibu…..”

“Anak-anak sebenarnya minta ibu ceraikan ayahnya.”

“Ooohh…..”

“Anak-anak tak tahu apa alasan yang sesungguhnya.”

Perempuan itu tak kuasa menahan air matanya. Perlahan Puspa mendekat. Perempuan tua itu menangis di dada Puspa. Perlahan puspa mendekap.

“Ibu perempuan berhati baja. Istri yang setia kepada suami. Sorga balasannya Bu….”

“Bu Puspa, kata-kata itu seperti kata-kata almarhumah ibu sebelum meninggal. Berbaktilah kepada suamimu, hingga akhir hayatmu…… apapun….. apapuuuun….. keadaannya“

“Bu Haaar…..”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun