Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Wasiat Ibu

22 Desember 2015   23:59 Diperbarui: 28 Desember 2015   21:32 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Apakah bu Har sakit?” tanya Puspa sejurus kemudian.

“Shock.”

“Kasihan Bu Har.”

“Sekuat apapun perempuan, sekuat apapun ia menjadi pemimpin di kantor ini, ditinggal kawin suaminya pasti tidak kuat.”

“Apa kurangnya Bu Har?”

“Tak tahulah. Di mata kita, beliau itu wanita yang komplit. Cantik, kaya, tegas, punya jiwa leadership yang bagus, ramah, yaaah …. apa sih yang tak ada dalam diri Bu Har?” terang Bu Titin.

“Jadi apa kurangnya?”

“Tanya ke laki-laki.”

“Sayang laki-laki banyak yang tidak jujur. Yang kumplit saja ditinggal kawin, apalagi yang banyak kekurangan.”

“Tapi tidak juga. Tetanggaku di kampung, laki-lakinya ganteng, istrinya kayak gitu, toh awet sampai kakek-kakek nenek-nenek.”

“Laaah? Jadi apa penyebabnya?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun