Beliau adalah guru saya yang selalu mengungkapkan rasa senangnya ketika mendapatkan kabar bahawa saya akan kembali menulis setelah lama 'menghilang'. Bahkan pernah satu waktu beliau bilang, "Saya merindukan penulis perempuan hebat yang satu ini untuk kembali menulis."
Saya tahu betul bahwa saya tidak hebat, saya bahkan belum menjadi apapun di bidang kepenulisan. Namun kalimatnya itu membius saya bahwa ini adalah doa, ini adalah motivasi. Suatu saat saya harus membayar semua ucapan itu dengan menjadikan diri saya benar-benr menjadi penulis yang hebat.
J. Haryadi pun adalah orang yang membuat saya tidak takut 'nganggur' alias tidak memiliki status pekerjaan yang tergabung di sebuah lembaga ternama.
Dimana dalam pandangan masyarakat kita bahwa yang namanya bekerja itu pulang dan pergi dengan jdwal tetap lalu duduk di kantor mengerjakan sebuah tugas pekerjaan.
Perjalanan hidup pak Jumari Haryadi telah memberikan bukti, bahwa tidak apa-apa memutuskan untuk menjadi penulis dan meninggalkan pekerjaan tetap atau mengelola bisnis yang dipandang menjanjikan oleh orang lain.
Syafril Riza.
Mas Syafril Riza (Passion Enthusiast, Trainer and Lecture) belum pernah bertemu sekalipun secara langsung. Hanya saja pernah satu dua kali saya mengikuti kelas daring dan beliau sebagai pematerinya.
Saya pun salah satu "pemirsa" yang senantiasa menyimak postingan, tulisan, nasihat dan apapun yang memang kebetulan sering lewat di beranda media sosial saya.
Apa yang beliau tulis selalu daging semua dan sebagian besar relate dengan apa yang saya alami. Sering membuat saya merenung, mengangguk setuju bahkan benar-benar merasa termotivasi. Terutama tentang passion. Ya, saya pun ingin sekali hidup dan menjalani semuanya sesuai passion saya. Apapun risikonya.
Sampai pada ahhirnya saya ada di puncak ragu. Melalui pesan singkat, saya meminta pendapat tentang nasib saya di dalam pekerjaan. Mas Syafril memberikan saran untuk melepaskan diri dari apa-apa yang membuat kita merasa berutang budi tanpa mendikte saya harus melakukan apa.