Semua itulah yang justru telah membentuk kepribadian dan mental saya menjadi bentukan seorang guru yang (katanya tegas) dan kepala sekolah yang (katanya) tegas dan terlampau disiplin.
Bertahun lamanya saya membohongi nurani. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi berada dalam sesuatu yang tidak membuat saya merasa bebas lepas tanpa beban, yang sebenarnya entah apa tidak dapat benar-benar bisa saya deskripsikan.
Intinya, saya seolah menginginkan hal lain, bukan itu. Bukan di dunia pendidikan yang mewajibkan saya mengajar, menjadi konseptor, dan menjadi teladan banyak orang.
Saya bahkan harus sangat berhati-hati dalam bersikap dan berpenampilan. Jika tidak, maka akan ada mental dan karakter anak yang rusak karena contoh dari saja. Padahal entah kenapa, saya sangat ingin memiliki pekerjaan yang bisa sambil angkat kaki sebelah di kursi nyaman saya.
Saya mengerjakan sesuatu tanpa harus sibuk bercermin terlebih dahulu memantaskan diri dengan memadu padan pakaian dan jilbab saya. Saya ingin mengatur jam kerja saya sendiri, tanpa harus takut dimarahi bahkan jangan sampai memarahi seseorang karena terlambat datang ke tempat kerja.
Akhirnya, beberapa waktu lalu, belum lama malah. Saya kembali mengambil keputusan untuk menyudahi semuanya. Beberapa kali merenung, berpikir bolak-balik, bahkan berkonsultasi kepada orang-orang yang saya anggap mereka bisa memberikan pertimbangan yang membantu saya membuat sebuah keputusan.
Setelah berpikir panjang dan lampu hijau dari suami kembali menyala bahwa saya memang bebas memilih apapun yang saya sanggupi dan membuat saya bahagia, maka saya anggap restu suami sudah aman. Sayapun akhirnya membulatkan keputusan. Ya, saya berhenti saat ini juga.
Lantas, saya teringat dua orang hebat yang meskipun berjauhan tetapi mereka berdua senantiasa berhasil menginspirasi saya.
J. haryadi
Seorang penulis andal, Trainer dan Motivator ini yang membuat saya membulatkan tekad untuk tekun belajar menulis dan memutuskan bahwa, 'ya, saya bisa menjadi penulis'.