"All, jangan pergi."
"Kenapa?"
"Bahaya. rumah Pak bos terlalu jauh dari tempatmu."
"Lalu?"
"Biar aku saja yang mengantar," tiba-tiba kalimat itu terlontar. Padahal bisa saja dokumen itu dikirim menggunakan jasa pengiriman.
"Baiklah, kita ketemu, kamu jangan lupa pakai masker ya! takut Corona"
Keduanya mengatur janji akan bertemu di suatu tempat.
Tiga puluh menit waktu tempuh ke tempat yang telah dijanjikan. Mereka bertemu dengan bekal rindu masing-masing. Rindu yang sesunguhnya terlarang, tak sepenuhnya boleh mereka rasakan. Ada hati-hati yang menggantung pada dada orang-orang yang menumpukan harapan kepada Arsa, juga hati seseorang yang mencintai Allina.
"Boleh kita makan siang dulu, All?"
Tanpa negosiasi, Allina menyepakati.
Sebuah tempat makan masih buka di saat PSBB dengan memberlakukan pengawasan dan aturan ketat.
Arsa menumpahkan rindunya, memandangi wajah cantik Allina di meja Restoran cepat saji. Mulai saat itu ia berjanji akan menjaga perasaan yang ia miliki, walau sesunguhnya ada separuh perasaan yang sama untuk Ammy.
Namun Arsa tak terlalu mengerti, mengapa kini ia merasakan kenyamanan yang luar biasa saat di dekat Allina. Arsa sadar, jika ia tak boleh terlalu larut dengan perasaan itu, Arsa takut menyakiti Ammy. Begitupun Allina tak berani terlalu banyak menumpahkan rasa kepada Arsa, ia tahu persis Huda mencintainya mati-matian. Saat itu mereka hanya makan bersama, sekadar mencari cara bagaimana mencuri waktu bertemu dalan urusan pekerjaan.