Lalu bagaimana cara memberikan tanggapan yang tepat?
Pada dasarnya, cukup sederhana. Setelah kita sampai pada tahap kedua, di mana kita telah dapat mengidentifikasi perasaan anak, maka utarakanlah.Â
Sampaikanlah secara verbal, sehingga anak mengetahui secara pasti bahwa perasaannya diterima.Â
Pada pengalaman Dimas, Bu Nana dapat memberikan tanggapan, "Anak mama pasti kaget" lalu berikan pelukan ringan di bagian tubuh yang tidak terkena noda untuk memperkuat efek penerimaan bagi perasaan Dimas.Â
Tanggapan ini dapat membantu Dimas untuk mengenali perasaannya sendiri (kemampuan yang masih belum berkembang pada anak-anak) dan kemudian meresapi perasaan kagetnya tersebut.
Jeda waktu sesaat yang diberikan kepada anak akan dapat menenangkan anak dan mengurangi intensitas perasaan negatif yang ia rasakan, dengan demikian ia akan lebih mudah menerima tanggapan selanjutnya.Â
Bu Nana kemudian dapat mengutarakan perasaan berikutnya dengan mengatakan, "Dimas jijik ya lihat bajunya kotor begini?"
Memadukan perasaan dengan fakta yang dapat diamati secara visual dapat membantu anak untuk mengalihkan fokus emosional ke fokus permasalahan secara kognitif, barulah kemudian kita mengutarakan pemecahan masalah yang sesungguhnya, "Ayuk, kita bersihkan dulu. Buka bajunya lalu, kita mandi."
Apakah tiga langkah di atas akan otomatis menghilangkan gejolak emosi negatif anak? Apakah akan otomatis menghentikan tangis anak?
Tentu saja tidak. Gejolak emosi anak yang tinggi tentu tidak dapat dihilangkan begitu saja dalam waktu singkat, akan tetapi dapat diredakan secara bertahap.Â
Anak yang merasa dipahami dan diterima perasaannya akan membantu ia untuk mengenali perasaannya sendiri, menenangkan diri dan secara perlahan dapat berhenti menangis dengan sukarela.Â