Menghadapi suara tangis tersebut, pernahkah kita untuk berdiam sejenak untuk memahami apa yang sebetulnya ingin disampaikan anak melalui tangisannya? Bagaimana sebetulnya emosi yang dirasakannya? Atau kah kita lebih sering menentukan perasaannya dengan perspektif kita sendiri?Â
Memahami emosi yang sedang dirasakan anak melalui tangisannya merupakan hal penting yang perlu dilakukan orang tua agar bisa memberikan respon dan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan anak.Â
Pada saat kebutuhan anak telah terpenuhi, maka muatan emosi positif akan semakin mudah mereka rasakan, dengan demikian ia lebih bersedia menampilkan perilaku kooperatif dalam masa pengobatannya.
Coba kita simak pengalaman ibu Nana dan ananda Dimas berikut ini.
Sore itu, Dimas yang berusia dua setengah tahun memasuki bangsal rawat inap anak bersama kedua orang tuanya. Ia dirawat karena diare yang tak kunjung berhenti sejak pagi.Â
Dimas tampak seperti anak yang kalem dan penurut. Ia mau menyuap sendiri makanan rumah sakit yang diantarkan kepadanya, tetap tenang ketika tangan dan mukanya dibersihkan. Tontonan video anak-anak dari gadget ibunya menjadi pilihan yang menemaninya di tempat tidur.
Tantangan besar bagi Bu Nana terjadi pada pukul satu pagi dini hari. Dimas yang sedang tidur tengkurap menangis sejadi-jadinya. Separuh celana dan baju bagian depannya bawah, lengket dan berwarna kuning.Â
Rupanya ia diare pada saat sedang tidur tadi. Bu Nana pun terbangun di sebelah Dimas, dan langsung berkata "Diam!"
Tetapi ibarat pembalap sedang racing, Dimas pun malah meng-gas tangisannya dengan lebih keras. Bu Nana pun kembali berkata "Diam!" yang tentu saja tidak dituruti oleh Dimas.Â
Ia tetap menangis dengan linangan air mata, disertai dengan beberapa kali teriakan "Diam" dari Bu Nana.
Nah, siapakah di antara kita yang melakukan hal yang sama seperti Bu Nana? Tampaknya hampir semua orang tua melakukannya ya..?