Mohon tunggu...
Diana NovitaPermataSari
Diana NovitaPermataSari Mohon Tunggu... Guru - Guru/Pendidik

Menjadi pendidik di salah satu sekolah menengah kejuruan Negeri. Hobi utama membaca, sekarang sedang giat berlatih menulis, dan sangat suka jalan-jalan, kadang kulineran, dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memang Bukan Dewi Persik

21 Juli 2023   11:59 Diperbarui: 21 Juli 2023   12:01 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dewi menengok ke arah Pak Rudi, dan Pak Rudi sedang melambaikan tangan dan memberi kode kepada pramusaji agar pramusaji itu mendekat kepadanya.

Pramusaji itu mendekat kepadanya, "Baru ada nasi goreng, nasi kuning, dan bubur ayam." kata Pramusaji.

Dan tawaran pramusaji itu pun disambut dengan penuh suka cita oleh orang-orang yang ada di situ. Dan nasi goreng menjadi pilihan favorit utama. 

Dewi sendiri juga akhirnya memesan nasi goreng, meskipun akhirnya hanya dihabiskan setengahnya, harapan perutnya menyantap sesuatu yang manis, tapi yang didapatkan adalah makanan yang asin.

"Mari kita lanjutkan perjalanan." kata kepala sekolah akhirnya. "Sudah hampir jam 08.00 ini, waktu yang tepat untuk melanjutkan perjalanan kita." kata kepala sekolah lagi, yang bangkit dari kursinya, lalu diikuti anak buahnya.

*

Acara studi banding ke salah satu sekolah swasta di kota besar itu berjalan sesuai dengan dugaan Dewi. Hanya ada satu keganjilan yang mengganjal di mata Dewi, Dewi mengamati orang-orang yang menyambut mereka, adalah orang yang sangat muda-muda. Tapi kemudian Dewi berpikir, mungkin mereka adalah para asisten guru-guru senior.

Dewi pikir, orang yang akan menyambut dari sekolah tersebut adalah para guru yang sudah senior, yang sudah berumur, yang sebagian rambutnya sudah beruban, yang kulit tangannya sudah berkeriput, dan yang sudah mengenakan kacamata tebal. Ya paling tidak, lebih senior-senior daripada guru-guru dari sekolahnya. Karena sekolahnya lebih muda daripada sekolah yang akan dikunjungi itu, jadi wajar jika dalam bayangannya yang menyambut adalah para guru yang lebih senior daripada di sekolahnya.

Dewi mulai berpikir, mungkin para guru seniornya sedang ada acara, jadi sambil menunggu yang menyambut adalah guru juniornya dulu, atau guru seniornya sudah menunggu di dalam, menyiapkan materi, dan lain-lain.

"Selamat datang Bapak-Ibu di sekolah kami..." kata pembawa acara, yang merupakan salah satu guru muda, yang tadi menyambut mereka di luar.

Dewi memandang sekeliling, tapi tidak ada satu pun guru senior di ruangan itu. Pun tidak ada satu, atau dua, atau tiga guru senior yang muncul untuk datang ke ruangan itu, muncul belakangan, setelah semuanya siap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun