"Ing ngarso numpuk bondho,Â
Ing madya nunut kuasa,Â
Tut wuri ndherek korupsi"
"Dasar Rio gila," desah Ryu disertai senyum mahalnya.
Penat otaknya oleh kata-kata Rafli, tunangan Levia siang kemarin. Via, ...yha gadis itu hamil. Hamil? Dan yang terburuk adalah dengan seseorang yang ia anggap begitu tepat untuk menjadi lelaki masa depannya.
Denting lonceng kecil terdengar dari gawainya. Dengan malas ia meraih ponsel hitam itu dan segera terhubung dengan Devara.
"Keypad HP mu rusak yha ? Dari tadi di chat ga dibaca," ujar Devara dengan nada kesal.
"Oh ...yha. Ntar aku liat lagi dah," jawab Ryu asal-asalan.
"Liat apanya, kaleng rombeng? Keypadmu? Sudahlah, kau kacau hari ini. Besok kita keluar makan yuks. Aku janji ga bakal ngomongin Via lagi, okay?"
Demi mendengar nama Via, hampir saja gawai di tangan Ryu terlempar masuk aquarium kecil berisi satu ikan carassius auratus, yang ia beri nama Ryukin. Ikan bermata belok yang ikhlas hanya berputar-putar mengitari habitat mungilnya.
"Sadari cafe. I'll be there tomorrow," sahutnya sambil mencoba memejamkan mata, menidurkan dirinya diatas pagi yang mulai berembun.