'Cause if I could see your face once more, I could die as a happy man I'm sure....
When you said your last goodbye, I died a little bit inside...
I lay in tears in bed all night, alone without you by my side....
RENI
Kupacu motor matic ku ke rumah Ryu. Aku tahu ia memang pemimpin yang sangat diktaktor. Tapi ia pula adalah sahabat yang paling mengerti aku. Ia selalu ada saat aku membutuhkannya.
Pintu gerbang kecil serupa pintu kayu dengan ukiran dari Bali itu kubuka paksa. Aku terkejut saat senyum tulus Tante Dewi menyambutku.Â
"Tante, selamat siang. Eh, mau ketemu Ryu nya ada, Tante?" sapaku sambil mengulurkan senyum padanya.
"Ada tuh di kamar atas. Masuk aja, seperti biasa kan?"tanya Tante Dewi, sambil menikmati waktunya dengan ikan-ikan koi di kolam dekat gazebo kecil, diantara rerimbunan pohon kenanga dan palem yang tumbuh menghiasi rumah teduh itu.
"Ren...nanti kalo kamu ga keberatan, kita makan siang di sini ya," ajak Tante Dewi tanpa meninggalkan senyumnyaÂ
"Iya, Tante, pasti," aku melanjutkan langkahku ke arah kamar atas yang terhubung dengan anak tangga berulir terbuat dari kayu.
Kujumpai Ryu sedang asik di sebuah gazebo yang sengaja dibangun di roof top. Dikelilingi tanaman dalam pot-pot kecil, masih menghiasi rumah yang tertata lebih mirip greenhouse dalam artian yang sebenarnya.