Diriku semakin bingung, sudah dua orang aku tanya, tidak satupun yang mau memberitahu dimana saat ini aku berada. Terus ku ayunkan langkah mengikuti kemana naluri kaki berberak… Tiba-tiba perhatian ku tertuju pada antrian panjang orang-orang berpakaian rapi. Mereka layaknya para eksekutif muda yang sedang antri makan siang disebuah restoran. Aku seperti tidak asing dengan wajah-wajah mereka. Dan benar saja, tertulis diujung sana, Restoran Padang Rancak Jaya!
Segera ku bergegas bergabung dalam barisan para eksekutif muda itu. Mencium aroma kuah gulai nangka dan rendang daging, perutku mulai terpancing lapar.
Kulihat mereka antri dengan tertibnya, setelah selesai memesan, setiap orang hanya membawa satu piring nasi beserta lauk pauknya dan segelas atau sebotol minuman. Layanannya cepat dan prima, tidak bertele-tele dan siap santap.
Di depan dan belakang barisanku, mereka sama sekali tidak bersuara. Oo.. rupanya disini kalau antri membeli makanan tidak boleh bersuara.. baiklah.. akupun hanya bergumam-gumam dalam hati saja. Selangkah demi selangkah, akhirnya aku tiba juga didepan etalase.
“mau makan apa tuan?” suara gadis pelayan restoran terdengar sangat ramah…
“nasi, gulai nangka, rendang daging…”
“minumanya”
“Es jeruk!”
“maaf, disini tidak menyediakan es jeruk, adanya orange juice”
“ Hmn.. ya, orange juice juga boleh…” sambil meraba-raba dompet di kantung belakang.. astaga!! Ternyata dompetku hilang! Seketika wajahku pucat menahan malu, mau mengatakan tidak membawa dompet rasanya lidahku jadi kelu. Di saku kiri masih ada receh koin, tapi aku tidak yakin cukup untuk membayar nasi padang nan lezat ini.
“ Hmn.. oups.. akh, nsmmm… maaf.. aku tidak membawa dompet…. bagaimana ya? Apakah pesanan dibatalkan saja”