“ya, Aku semakin tidak mengerti, lalu apa gunanya KASIR disini ????”
“oo… kasir disini khusus untuk melayani mereka para pendatang yang ingin pulang”
“melayani pendatang? Maksudnya??
“ya, pelayanan kereta bawah tanah ini gratis hanya sampai perbatasan kota kami, tetapi ketika transit dan memasuki wilayah kota masing-masing pendatang, di kota mereka naik kereta harus membayar”
“lalu, apa hubungannya dengan kasir ini??” Aku semakin tidak mengerti..
“Kasir ini untuk melayani para pendatang yang ingin pulang ke kotanya tetapi kehabisan ongkos. Kami akan menyediakan koin uang dan diberikan kepada mereka untuk membeli tiket kereta transit begitu sampai di batas kota”
“hahhhhhhh….!!!!" Gedebuuggg!!!!! Pingsan!!! Dalam alam bawah sadar aku merasakan seseorang menepuk-nepuk pipi
“Mas.. Mas.. banguun… sudah siang…., kamu kan harus narik angkot?!”
Ternyata itu tepukan istri yang membangunkanku! Sinar matahari sudah menembus masuk melalui jendela rumah kontrakan kami di kawasan kumuh ini. Kawasan yang jangangkan nonton bioskop, kecing sajapun harus bayar. Dan jika ingin medapat urutan kencing lebih dahulu bayarnya harus lebih besar untuk menyuap penjaga toiletnya hehehe… Rasanya aku ingin tidur lagi dan menyelesaikan petualanganku di Kota Tanpa kasir!
TAMAT
Cerpen Karya Dhimas Soesastro; 13/04/12
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H