***
Hujan menyisakan gerimis-gerimis kecil. Wanita tua tergopoh-gopoh menuju sungai sambil meneriaki nama Araa. Tetapi, tak ada sahutan. Air yang masih mengalir cukup deras tak dihiraukan. Dicarinya sang buah hati.
"Araa!"
"Araa!"
"Kamu di mana, Nak!"
Air mata wanita itu tak kalah deras. Tubuhnya bergetar. Takut. Khawatir. Sedih. Dan segala rasa berkecamuk di dada.
"Araa ..." lirihnya mulai putus asa. Namun, langkahnya tak jua henti.
"Ibuu ..."
Samar-samar didengarnya suara. Wanita itu kembali semangat dan meneriaki nama Araa berkali-kali.
"Araa!"
Seketika wanita itu loncat dan meraih tubuh mungil yang bergelantungan di ranting pinggir sungai.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!