Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fiksi Penggemar RTC] Reinkarnasi Cinta

10 September 2015   16:34 Diperbarui: 10 September 2015   16:34 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="pic from piconme.com"][/caption]

No 61, Dewi Pagi

- ROZFIKA -

Aku membuka mata perlahan. Berharap kali ini adalah yang terakhir kalinya. Berharap aku adalah...

"Hei, aku manusia, ya...manusia!"

Aku meraba-raba kulit, tangan, kaki, mata, hidung. Aku tersenyum. Benar aku manusia. Lupa kapan terakhir kali aku terlahir kembali sebagai manusia seutuhnya.

Mataku menyapu sekeliling ruang bercat putih ini. Kamar yang sedikit pengap karena mungilnya jendela, namun tak kutemukan debu yang menumpuk. Sepertinya aku manusia yang apik dan bersih. Aku bangun dan melangkah menuju sebuah cermin berbentuk oval yang terbingkai oleh kayu berukir.

"Perempuan...tapi aku bukanlah..."

Seketika wajahku terlipat. Kecewa. Bergumam dalam hati sembari meraba-raba wajahku. Membelai hitam rambutku. Mataku bulat, kulitku kecoklatan. Ras Asia. Namun entah dari negeri mana ku berasal. Kuambil pakaian yang terlipat dalam almari. Apa yang harus kukenakan hari ini?

"Fikaaa, ayo cepat, nanti kita terlambat...kau tahu Ibu Rosie, cerewetnya minta ampun bila anak buahnya terlambat..."

Pintu kamar diterobos masuk oleh seorang gadis.

"Aku...aku bingung pakai baju apa...?"

Gadis itu membuka almari. Dengan cekatan mengambil satu setel pakaian berwarna hijau tosca.

"Kau kenapa? Seperti amnesia saja. Kita selalu memakai seragam yang sama setiap hari. Ayo cepat ganti, kutunggu kau di bawah..."

***

Sephira Cafe. 2 Januari 2015.

Aku melihat kalender. Hmmm. Jadi ini tahun 2015? Pandangan kedua mataku berjinjit menyusuri ornamen-ornamen cafe bertajuk vintage ...hari ini cafe dibooking oleh seseorang. Kata Ibu Rosie, semacam kejutan lamaran dari si pembooking pada calon istrinya. Ah, seperti apa sebuah lamaran di tahun ini?

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Sejak aku terdampar di kehidupan ini, sudah beberapa hari aku kehilangan sosok yang setia mendampingiku. Ya, kehilangan teman setia perjalananku...Dayat! Di mana Dayat? Biasanya dia...

Tring! Aku dikagetkan oleh sosok peri bertubuh tambun, berpipi chubby dengan rambut ikal dan sebagian digelung. Bergaun biru muda. Di atas kepalanya ada bintang-bintang yang berputar. Tangan kanannya memegang tongkat. Ia berputar-putar seperti penari balet. Senyumnya...dia...

"Daaaay...itukah kau...?"

"Ssst..."

Aku katupkan bibir secepat satu kedipan mata. Menahan rasa kangen sekaligus geli pada sosok di hadapanku itu. Akhirnya mahluk itu muncul juga. Selalu dalam bentuk yang lucu dan juga tingkah laku sedikit bodoh, hahaha.

"Kau jangan tertawa, bukan aku yang meminta seperti ini..."

"He he, bukan itu. Kau biasa menyerupai hewan lucu yang menemaniku. Terakhir, kau adalah kupu-kupu bodoh bersayap polkadot yang selalu menangis bila tubuhmu tertancap duri..."

Dayat melotot padaku. Lalu hilang entah kemana. Ngambek. Seperti biasa saat ku cela.

***

Aku membetulkan name tag yang tersemat di sebelah kiri dadaku. Namaku kini Rozfika. Entah sudah berapa ribu kali aku melakukan perjalanan kehidupan. Aku lupa persisnya. Reinkarnasi. Aku ditakdirkan melalui ribuan kehidupan sebelum aku dipertemukan kembali dengan Kai, cinta sejatiku.

Kai, seorang ronin yang rela mengorbankan dirinya demi harga diri tuannya. Kai hujamkan pisau pada tubuhnya. Prosesi seppuku atau harakiri yang juga disaksikan oleh mataku sendiri. Kay menerima hukuman bersama 46 ronin lainnya.

Semua terjadi setelah Kai ikut membalas dendam atas kematian ayahku, Lord Asano Naganori. Kai juga yang telah membebaskanku dari ulah penyihir berhati iblis. Kai, lebih dari sekedar pahlawanku. Ia adalah cinta di setiap hidup dan matiku. Walau ia hanyalah anak yang dipungut oleh ayah ketika ditemukan dalam hutan, namun Kai teramat istimewa.

Setelah Kai tiada, aku memilih habiskan hidup seorang diri tanpa pendamping. Aku menua bersama cinta Kai. Ketika mati, jasadku terkubur membawa cinta Kai. Namun cinta Kai tetap hidup sampai kapanpun. Bahkan janji Kai yang rela menempuh seribu dunia dan sepuluh ribu kehidupan terlebih dahulu untuk menemukanku, telah menjadi janjiku juga. Kami akan saling menemukan.

Aku bersyukur, Tuhan tidak melenyapkan ingatanku akan siapa aku ini pada mulanya. Dalam sekian kehidupan, memori tentang bagian dari diriku yang sebenarnya tersimpan dengan baik. Pada jasad siapapun dan apapun ruh ini tertitipkan, aku tetaplah Mika, putri Asano yang nyaris dipersunting Kira, pria berhati jahat yang ingin menguasai tanah Ako. Aku Mika, kekasih Kai di masa silam dan masa depan.

***

"Mengapa melamun, Tuan Putri?"

Malam ini, Dayat tiba-tiba muncul lalu duduk di jendela kamarku. Gaun yang terlihat kesempitan itu sempat membuatku ingin mencelanya lagi. Tetapi kuurungkan, aku takut ia menangis lagi. Lagipula aku sedang tak berhasrat untuk bercanda dengannya.

"Day, ingatkah kau, sudah berapa kali aku bereinkarnasi?"

"Tidak ingat, Tuan Putri..."

Aku menghela nafas. Aku rindu Kai. Selalu rindu. Kehidupan apa yang tengah kau jalani saat ini, Kai? Apakah kau juga mencariku? Apakah kau tak pernah lelah seperti aku? Ataukah telah ada pengganti diriku?

"Day, aku rindu sekali pada Kai...tidakkah kau tahu di belahan dunia mana Kai saat ini? Tidakkah kau berusaha membantuku untuk mencari tahu?"

"Maaf, Tuan Putri, saya tidak tahu. Saya hanya bertugas menemani Tuan Putri saat mengembara dalam ribuan kehidupan...sampai Tuan Putri bertemu dengan Tuan Kai..."

Aku kembali pada bisu lamunan. Malam semakin hitam. Bulan dan bintang sudah menyingkir dari kegelapan langit. Angin yang sedari tadi lembut berhembus, kini entah menguap kemana?

Aku melirik Dayat. Ia tertidur di atas kisi-kisi jendela. Mendengkur. Mahluk yang benar-benar lucu. Setia menemaniku sejak reinkarnasi pertamaku. Tuhan mengirimkan Dayat sebagai penjagaku, hingga kelak aku bertemu Kai.

Ketika aku menjadi sehelai ranting, Dayat adalah semut merah yang lugu dan penuh kegalauan karena sering terpisah dari kelompoknya. Tatkala aku terlahir sebagai burung, Dayat menjadi awan berkuping lebar tempatku rebahkan sayap untuk melepas lelah. Satu saat aku menjadi seekor kucing persia, Dayat adalah gulungan benang bersuara parau yang menemaniku bermain.

Dayat memang unik. Mahluk terunik di mataku. Aku jadi kelinci, Dayat jadi belalang yang menemaniku di atas hijau rerumputan. Begitu pun di saat aku menjadi kembang kaktus, Dayat adalah gundukan pasir bermata bulat berhidung mancung yang selalu cerewet bila kehausan.

Selain bodoh dan lucu, Dayat adalah mahluk pencemburu. Ia selalu menekuk wajahnya lalu pergi sekian lama bila melihatku menjalin hubungan dengan lawan jenisku. Saat aku kembali sendiri, Dayat datang lagi. Selalu saja seperti itu.

Entah mengapa, Dayat seolah-olah selalu jadi pemenang di atas penderitaanku karena cinta. Aku tak pernah berhasil menjalin cinta dengan baik. Aku adalah pecundang cinta dalam reinkarnasi kehidupan yang kujalani. Dayat selalu jadi alarm pengingatku akan Kai, cinta pertama dalam kehidupan pertamaku.

Ya benar, aku tak pernah mampu melepas bayang-bayang Kai dalam ingatanku. Aku bahagia bila menjadi manusia, manusia bisa bicara dan luapkan isi hati serta pemikiran. Bila bertemu seseorang yang kemudian masuk dalam kehidupanku, aku berharap itu adalah Kai dalam jasad yang berbeda. Siapa tahu saja.

Ku tatap langit-langit kamarku. Sekilas wajah Kai berkelebat di sana-sini. Sampai kapankan aku harus menunggu lagi? Akankah sia-sia semua yang kujalani ini? Aku mengusap air mata yang mulai berjalan pelan di kedua pipiku. Tiba-tiba mataku diserang kantuk.

Kai, berjalanlah ke arahku walau dalam belukar mimpi...lalu tersesatlah bersamaku...

---------------###---------------

- DAYAT -

Mika...Tuan Putriku...

Jika saja aku diperkenankan untuk memberitahumu siapa aku sebenarnya di masa lampau...

Jika saja aku mampu menjadi jawaban atas seluruh pertanyaanmu...

Pada kehidupan kali ini, kau terlahir begitu cantik. Teramat cantik. Sosok yang selalu kurindukan sejak dulu. Pandangan teduh yang meluluhkan siapapun yang memandangnya. Lembut tutur kata yang mampu hancurkan batu sekeras apapun. Kau adalah cinta yang sanggup mematahkan setiap hati pria. Bahkan ribuan mawarpun cemburu, ketika kau terlahir sebagai kembang kaktus berduri.

Sedangkan aku, aku hanyalah seorang anak yang tak diinginkan. Anak yang dibuang ke dalam hutan belantara dan dijadikan sahaya bagi tuan yang memungutku. Hingga ayahmu menemukanku dan memberiku kehidupan yang lebih baik. Aku adalah pria yang telah lancang jatuh hati kepadamu, seorang putri yang lebih pantas kusebut bidadari langit yang terdampar di tanah Ako.

Maafkan aku, Mika...aku tahu kau telah lelah dalam pencarian. Akupun lelah menyimpan rahasia ini. Tetapi aku sudah berjanji pada pemilik semesta. Aku bahagia, Mika. Bahagia karena mampu menemanimu setiap waktu. Walau bahagiaku tak sempurna karena ketidaktahuanmu tentang kehadiranku yang pada kenyataannya begitu dekat denganmu.

Aku tak marah, meski kau selalu menganggapku sebagai mahluk lucu nan bodoh di setiap kehidupan yang kita lalui. Aku tak peduli, Mika. Selalu ada di dekatmu dan bisa menjagamu sudah cukup bagiku. Setidaknya menunggu menjadi hal yang paling menyenangkan untukku. Bahkan satu juta kehidupan terlalui pun tak jadi persoalan bagiku. Asalkan bersamamu.

Mika...andai bisa kubisikkan sedikit rahasia lain yang kuketahui...saat yang kau tunggu-tunggu takkan lama lagi akan segera tiba. Kehidupan yang kau jalani saat ini adalah kehidupan terakhir dalam masa reinkarnasimu. Begitu pula aku. Kita berdua hampir impas untuk menggenapinya.

Tiga purnama lagi. Ya, hanya sisa tiga purnama lagi.

Setelah itu, kita akan benar-benar dipertemukan kembali dan tak ada lagi yang bisa memisahkan kita dan cinta kita.

---***---

Karya ini orisinil dan belum pernah dipublikasikan

Cerita terinspirasi film 47 Ronin yang dibintangi oleh Keanu Reeves.

[caption caption="pic from kompasiana.com"]

[/caption]

 

[caption caption="pic from kompasiana.com"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun