Telinga disimbolkan wilayah (Barat) : Disimbolkan warna kuning; dihuni batara Sambu atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Wenang Brahma.
Bibir dan Mulut disimbolkan wilayah (Selatan) : Disimbolkan berwarna merah; sukma wasesa, dihuni oleh Batara Brahma atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Guring Tunggal Sang Hyang Guru Siwa.
Mata disimbolkan wilayah (Utara) : Disimbolkan warna hitam, sukmanya langgeng, dihuni oleh Batara Sriten; atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Tunggal Mandala Agung.
Dengan 4 pancer ini memungkinkan dipahami menjadi Kenyataan jika dibantu oleh unsur ke 5 yakni "Sang Hyang Batara Kala" atau "Waktu".
4. Metafora : Penyatuan Manusia Dengan Alam
"Sajen Sedulur Papat" adalah pergeseran tindakan batinlah menjadi lahirlah. Ia adalah perubahan non materi, menjadi materi, untuk mencapai Geist mental Jawa Kuno; "Sajen Sedulur Papat" adalah repitisi atau mimesis peniruan karya mikrokosmos pada makro kosmos untuk akhirnya bisa menemukan Tuhan Maha Esa ["Tan Keno Kinoyo Opo"]. Sajen Sedulur Papat adalah bentuk lain dari mahakarya seni agung, ingin menyatakan ada sesuatu yang (fixed), misalkan manusia tidak mungkin membikin padi, membuat nasi, dan seterusnya; "Sajen sedulur Papat" adalah ungkapan Nirkata, meniru dengan meminjam "tata" (menata karya seni) atau karya sastra non kata dalam bentuk proses atau jika dikaji secara ilmiah dia adalah bentuk aplikasi Aristotle's Four Causes (dari bentuk material, formal cause; efficient cause; dan final cause).
Arah (Utara) disimbolkan Sega Cemeng Hitam : Simbol Tali Pusar
Arah (Barat) disimbolkan Sega Kuning : Simbol Ari-Ari
Arah (Selatan) disimbolkan Sega Abang (Merah) : Simbol Darah
Arah (Timur) disimbolkan Kawah Sega Putih : Simbol Kakang Kawah
5. Metafora Jiwa : Neng, Ning, Nung, Nang, GUNG