Mohon tunggu...
Devita Maharani
Devita Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS MERCU BUANA

43221010102 - Dosen Pengampu Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Akuntansi FEB - Mata Kuliah: Sistem Informasi Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Quiz 1_Sadulur Papat Limo Pancer Metafora Jiwa

26 Oktober 2022   19:19 Diperbarui: 26 Oktober 2022   20:38 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Foto Pribadi 

Nama : Devita Maharani Puspaningrum

Nim : 43221010102

Dosen : Apollo, Prof, Dr, M.Si.Ak 

Matkul : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Universitas Mercu Buana

https://drive.google.com/file/d/1bbvLe4wENlMJIXkOENx_5fbvuIUGuH3U/view?usp=drivesdk

Kata "Roh" atau Latin spiritus tidak dimaknai tunggal tetapi bisa berarti  semangat, nafas, batin, jiwa, sukma, kesadaran rasionalitas, empiris (Jawa Kuna menyebut kasunyatan atau kenyataan; fakta), atau apa yang dikatakan Hegel sebagai Roh Dunia Weltgeist ("world spirit"). Manusia dibagi atas tiga entitas, corpus, animus, dan spiritus. Animus berasal dari bahasa Yunani anemos yang bermakna sesuatu yang hidup (bernafas) yang ditiupkan ke dalam corpus (wadah atau bungkus).

Maka corpus adalah body (raga/jasad); dan spiritus adalah spirit (roh); dan animus identik dengan psyche yang bermakna soul (jiwa/nafas). Dewasa ini istilah jiwa yang dipakai dalam psikologi telah mengalami penyempitan makna. Jiwa dalam terminologi psikologi modern lebih ke aspek psikis, dimana aspek psikis ini lebih merupakan riak gelombang permukaan di atas lautan dalam yang disebut jiwa. Fungsi roh terhadap jiwa dan fungsi ruh terhadap jasad bisa dilihat dalam referensi.

Nilai Filosofis Perjalanan Empat Tahap Menuju Manusia Sempurna oleh Sang Bima (Werkudara)Kisah tokoh Werkudara dalam menuju manusia sempurna pada cerita Dewaruci dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu: syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat (Jawa disebut: laku raga, laku budi, laku manah, dan laku rasa. Atau menurut ajaran Mangkunegara IV seperti disebutkan dalam Wedhatama (1979:19-23), empat tahap laku ini disebut: sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa.

Sebagai anggota masyarakat yang tinggal di tanah Jawa, seseorang harus memiliki tujuan untuk melestarikan adat dan tradisi baik yang berasal dari nenek moyang kita di masa lalu. Masyarakat Jawa dan sejumlah produk budayanya selalu berkembang, masih banyak lahir, baik berupa pengetahuan tentang kehidupan maupun bagaimana orang Jawa menjelaskan dunia dan makna hidup. 

Kota Jawa banyak menghasilkan produk budaya, salah satunya adalah cara menggambarkan makhluk hidup yang diharapkan dalam bentuk simbol-simbol dengan makna filosofis. Tak heran jika akhirnya pengetahuan filosofis ini melebur ke dalam masyarakat dan menjadi bagian dari sistem kepercayaan mereka. Peristiwa-peristiwa yang muncul berkaitan dengan siklus kehidupan manusia, salah satunya berkaitan dengan sistem reproduksi manusia. 

Keyakinan terkait keharmonisan hidup manusia dan alam menjadi salah satu ciri anak muda yang hampir tidak dikenal saat ini. Kakang Kawah Adi Ari-ari adalah kepercayaan orang Jawa dimana manusia dilahirkan dengan dua bersaudara, yang lahir sebelum lahir disebut Kawah yang dalam bahasa Indonesia adalah air kelahiran, sedangkan yang lahir setelah bayi disebut Ari-ari atau bahasa Indonesianya. plasenta. Orang Jawa menyebutnya "Sedulur Papat". 

Filosofi sedulur papatlima pancer merupakan falsafah Jawa kuno yang memiliki implikasi spiritual yang dalam. Lima poin utama dari filosofi ini adalah tentang kelahiran seseorang (anak) yang tidak dapat dipisahkan dari empat versi yang saya ikuti. Kedua versi tersebut digambarkan sebagai saudara laki-laki (kakak) yang tidak terlihat, yang mengikuti kehidupan seseorang sejak lahir sampai mati. Walaupun kata sudarah papat limo pancer berasal dari bahasa jawa, ternyata konsep ini ada di semua wilayah pulau dengan nama yang berbeda-beda seperti khodam, sahabat atau apapun yang berhubungan dengan keberadaan arwah bintang. 

Dari segi bahasa, kata sudarah papat limo pancer berarti empat dan lima bersaudara sebagai pusatnya. Sedangkan menurut konsep Jawa, kata tersebut berarti gabungan bentuk fitrah manusia ketika seseorang lahir di bumi. Singkatnya, dalam sejarah Jawa, orang menggunakan kata sudaar papat limo pancer untuk menjelaskan bahwa ketika seseorang lahir, lahirlah empat bersaudara.

Kata sadulur papat limo pancer dianggap oleh orang Jawa sebagai warisan budaya dari karya Sunan Kalijaga pada abad 15-16. Konon kata ini pertama kali ditemukan dalam Suluk Kidung Kawedar, Kidung Sarira Ayu, pada bait 41-42. Sedulur papat limo pancer diyakini sebagai salah satu bagian yang mempengaruhi manusia, yang memiliki empat dan lima unsur berikut.

1. Kakang kawah

Kakang kawah atau yang disebut air ketuban adalah air yang membantu manusia untuk lahir ke bumi. Karena air ketuban keluar pertama kali, maka masyarakat Jawa menyebutnya sebagai Kakang, atau yang berarti Kakak.

2. Adi ari-ari

Adi ari-ari atau disebut plasenta. Adi dalam bahasa Indonesia berarti adik, yakni sebutan untuk ari-ari yang keluar setelah bayi dilahirkan.

3. Getih

Getih dalam bahasa Indonesia berarti darah. Yakni, hal yang utama pada ibu dan bayi. Dimana saat berada dalam kandungan, bayi juga dilindungi oleh getih.

4. Puser

Puser atau pusar berarti tali plasenta. Dalam pengertian ini maksudnya, antara ibu dan bayi dihubungkan dengan tali pusar yang membuat mereka semakin kuat. Selain itu, tali pusar juga lah yang menjaga kelangsungan hidup si bayi karena telah menyalurkan nutrisi dari ibu untuk bayinya saat di dalam kandungan.

5. Pancer

Pancer bisa disebut juga sebagai tubuh wadah yang berarti diri sendiri. Hal kelima ini merupakan pusat kehidupan yang utama ketika manusia lahir ke bumi. Masyarakat Jawa percaya bahwa sebagai manusia, kita harus menyelaraskan kelima hal itu agar menjadi satu kesatuan yang utuh.

Kiblat papat lima pancer menjadi salah satu dasar falsafah Jawa yang kemudian dikembangkan dalam berbagai pakem (aturan) dalam sejumlah konteks kehidupan. Filosofi di atas berkaitan pula dengan papat kiblat lima pancer yang merupakan suatu istilah Jawa yang dalam bahasa Indonesia papat kiblat yang berarti empat arah mata angin yaitu timur, selatan, barat dan utara sedangkan lima pancer yaitu tengah. Hal di atas juga menjadi konsep pasaran atau aturan dalam hari Jawa yaitu, pasaran legi (timur), pahing (selatan), pon (barat),wage (utara), dan kliwon (tengah/pusat). "Sedulur Papat" juga menggambarkan elemen dasar dalam diri manusia yaitu, cipta, rasa, karsa, dan karya. 

Cipta artinya pikiran atau  sumber dari segala logika ide, imajinasi, kreativitas, dan ambisi.Rasa berarti emosi atas peristiwa dan pengalaman hidup.Karsa artinya kehendak atau niat berupa motivasi dalam diri individu untukmelaksanakan keputusan dan rencananya. Kemudian karya atau tindakan, yaitu aspek psikomotor dalam diri individu yang mengasilkan wujud konkrit sehingga dapat dikenali dan berdampak bagi lingkungan sekitarnya.

Sumber : Foto Pribadi 
Sumber : Foto Pribadi 

https://drive.google.com/file/d/1bb50_QuKQ3xEeO0soK-arWx7RCnPB0XX/view?usp=drivesdk

Di Sadulur Papat terdapat beberapa Metafora yaitu :

1. Metafora Dimensi : Ruang, Waktu

Weton Utama : (Tengah/pusat) yaitu arah nya, dan ditentukan harinya yaitu "Kliwon" dalam kalender Jawa.

Tanah : (Utara) yaitu arah nya, dan ditentukan harinya yaitu "Wage" dalam kalender Jawa.

Udara : (Timur) yaitu arah nya, dan ditentukan harinya yaitu "Legi" dalam kalender Jawa.

Api : (Selatan) yaitu arah nya, dan ditentukan hari nya yaitu "Pahing" dalam kalender Jawa.

Air : (Barat) yaitu arah nya, dan ditentukan hari nya yaitu "Pon" dalam kalender Jawa.

2. Metafora Jiwa : Penyatuan Dunia, Jiwa dan Simbol

Arah (Utara) : Di simbolkan menjadi warna hitam. Dan memiliki watak/perilaku yang buruk seperti, bisanya suka makan enak atau isi perut, ngomongin orang, mengkritik dan mencari kesalahan orang lain.

Arah (Timur) : Di simbolkan menjadi warna putih. Dan memiliki watak/perilaku yang buruk seperti, suka kekayaan, materi, property dan kepemilikan, wanita, tahta, harta, tapi lupa asal usul dan egois.

Arah (Selatan) : Di simbolkan menjadi warna merah. Dan memiliki watak/perilaku yang buruk seperti, suka ribut, berantem, berkonflik, tidak harmonis dan juga antagonis.

Arah (Barat) : Di simbolkan menjadi warna kuning. Dan memiliki watak/perilakku yang buruk seperti, suka pada metafisik, beda pusaka, memiliki ilmu kanuragan (ilmu yang berfungsi untuk bela diri secara supranatural), bakar kemenyan, menyukai hal gaib, dan dapat menemukan alam gaib.

3. Metafora Jiwa : Tubuh, Jiwa dan Simbol (Tatanan Mikro Kosmos Jagat Gumulung)

Lobang Hidung disimbolkan wilayah (Timur) : Disimbolkan menjadi warna putih; sukma purba, dihuni oleh Batara Bayu; atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Wening Wisnu.

Telinga disimbolkan wilayah (Barat) : Disimbolkan warna kuning; dihuni batara Sambu atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Wenang Brahma.

Bibir dan Mulut disimbolkan wilayah (Selatan) : Disimbolkan berwarna merah; sukma wasesa, dihuni oleh Batara Brahma atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Guring Tunggal Sang Hyang Guru Siwa.

Mata disimbolkan wilayah (Utara) : Disimbolkan warna hitam, sukmanya langgeng, dihuni oleh Batara Sriten; atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Tunggal Mandala Agung.

Dengan 4 pancer ini memungkinkan dipahami menjadi Kenyataan jika dibantu oleh unsur ke 5 yakni "Sang Hyang Batara Kala" atau "Waktu".

4. Metafora : Penyatuan Manusia Dengan Alam

"Sajen Sedulur Papat" adalah pergeseran tindakan batinlah menjadi lahirlah. Ia adalah perubahan non materi, menjadi materi, untuk mencapai Geist mental Jawa Kuno; "Sajen Sedulur Papat" adalah repitisi atau mimesis peniruan karya mikrokosmos pada makro kosmos untuk akhirnya bisa menemukan Tuhan Maha Esa ["Tan Keno Kinoyo Opo"]. Sajen Sedulur Papat adalah bentuk lain dari mahakarya seni agung, ingin menyatakan ada sesuatu yang (fixed), misalkan manusia tidak mungkin membikin padi, membuat nasi, dan seterusnya; "Sajen sedulur Papat" adalah ungkapan Nirkata, meniru dengan meminjam "tata" (menata karya seni) atau karya sastra non kata dalam bentuk proses atau jika dikaji secara ilmiah dia adalah bentuk aplikasi Aristotle's Four Causes (dari bentuk material, formal cause; efficient cause; dan final cause).

Arah (Utara) disimbolkan Sega Cemeng Hitam : Simbol Tali Pusar

Arah (Barat) disimbolkan Sega Kuning : Simbol Ari-Ari

Arah (Selatan) disimbolkan Sega Abang (Merah) : Simbol Darah

Arah (Timur) disimbolkan Kawah Sega Putih : Simbol Kakang Kawah

5. Metafora Jiwa : Neng, Ning, Nung, Nang, GUNG

Sadulur papat Lima Pancer 6 (enam) adalah bunyi atau suara pada Musik Aesthetics Gamelan "Nang Ning Nung Neng Gong": sebagai paripura olah rasa (rahsa/roso) dalam setiap ritual kehidupan manusia Jawa Kuna.

Musik Aesthetics Gamelan "Nang Ning Nung Neng Gong": kata ("Nang") artinya wenang. tirakat, semedhi, maladi hening. raga, jiwa dan akal budi. ("Ning") artinya wening atau hening, (suksma sejati, jiwa). ("Nung") artinya kesinungan. Pada bentuk kongkrit bermakna utama (laku utomo). ("Neng") artinya heneng atau kemampuan totalitas jiwa (berserah diri). ("Gung") artinya agung atau keagungan atau kemuliaan Tuhan sebagai segala sesuatu

Nang Ning Nung Neng Gung": menyatakan kehidupan manusia ini ada dalam Siklus, dan berreinkarnasi menuju "kekembalian hal yang sama secara Abadi"; tidak mungkin memahami Seni tanpa Ilmu Kebijaksanaan sama saja dengan nihil.

- Pusat/Tengah disimbolkan dengan "Gung" yang memiliki arti Diam atau Tenang.

- Arah (Utara) disimbolkan dengan "Nung" yang memiliki arti Kebesaran Hati dan Jiwa.

- Arah (Barat) disimbolkan dengan "Ning" yang memiliki arti Jernih di Hati dan Pikiran.

- Arah (Selatan) disimbolkan dengan "Neng" yang memiliki arti Daya Cipta.

- Arah (Timur) disimbolkan dengan "Nang" yang memiliki arti Kemenangan Lahir Batin.

Sedulur Papat adalah saudara kami di hati. Meski hanya hidup dalam pikiran, Sedulur Papat dapat berbicara kepada kita dan membantu kita melakukan perbuatan baik. Anda harus percaya bahwa Sedulur Papat ada di kepala kita, lebih dari kebaikan di pikiran kita. Charles F. Haanel, 2012, mengatakan Pikiran bawah sadar menghubungkan kita dengan dunia di dalam diri kita sendiri. 

Saraf di perut bagian atas (pleksus kehidupan) adalah bagian dari alam bawah sadar. Saraf ini mengontrol emosi fisik seperti kegembiraan, cinta, emosi, ketakutan, dan hal-hal tidak sadar lainnya. Melalui pikiran berpikir inilah kita terhubung dengan Pikiran Universal, dan kita terhubung dengan energi alam semesta yang membangkitkan semangat dan tak terbatas. 

Pikiran bawah tidak pernah tidur, tidak pernah beristirahat. Seperti hati atau darah kita. Hanya dengan mengumumkan hal-hal tertentu yang dapat dicapai dalam pikiran orang jahil akan muncul kekuatan untuk mencapai apa yang diinginkan. Satu prinsip (kesadaran) mengatur seluruh dunia. Kesadaran ini juga ada pada setiap orang. Pikiran dan semua hal dalam hidup ini tinggal di sana. Dengan kata lain, semua pikiran adalah pikiran, setiap orang dapat melakukan sebagaimana Semesta mewujudkannya. 

Oleh karena itu, ketika orang tersebut berpikir, pikirannya dipaksa oleh sifatnya untuk muncul dalam pikiran atau situasi yang akan seperti yang pertama. Kaitannya dengan keberadaan Sedulur Papat adalah Pancer (kami) akan menyatakan bahwa kami berkeinginan untuk memiliki Sedulur Papat. Papat (silakan pilih jenis yang Anda inginkan). Kata yang kita yakini dalam pikiran akan mempengaruhi pikiran global yang membangun (alam semesta). Perspektif global akan membantu untuk mengekspresikan pernyataan kita dalam situasi atau situasi yang kita inginkan. Kata-kata kita akan mencapai pikiran orang jahil jika kita mengetahui sifat atau fungsi pikiran bawah. 

Beberapa karakteristik pikiran bawah sadar (PBS) yang dapat dicapai oleh Sedulur Papat adalah sebagai berikut.

- PBS ditentukan oleh kuat lemahnya intensitas emosi

Apabila keyakinan kita bahwa kita mempunyai Sedulur Papat itu sangat kuat dan disertai dengan perasaan yang mendalam, maka eksistensi Sedulur Papat itu akan terasa.

- PBS mengakibatkan reaksi psikologis

Eksistensi  yang  ditimbulkan  bisa  menghadirkan  perasaan  percaya  diri,  bersabar,  bersemangat, atau perasaan lain yang diperlukan.

- PBS bisa mengakibatkan perubahan tubuh fisik

Keyakinan yang ditimbulkan oleh PBS bisa membuat tubuh fisik kita menjadi kuat kalau memang  yang  disugestikan  adalah  kekuatan  tubuh  fisik,  atau  bisa  menerbitkan  air  liur  bila ang disugestikan adalah rasa buah yang kecut. Tubuh fisik sangat responsif terhadap PBS.

- PBS mempunyai imaginasi yang sangat kuat

Pada saat PBS menguasai pikiran, kita bisa mempunyai imajinasi yang kuat (visualisasi). Dan PBS tidak bisa membedakan mana yang imaginasi dan mana yang nyata.

- Sugesti kepada PBS akan menguatkan data yang sudah ada

Dengan adanya sugesti yang kuat dan berulang-ulang, maka data yang sudah disimpan di  dalam  PBS  akan  semakin  kuat.  Dan  PBS  akan  memerintahkan  tubuh  fisik untuk merealisasikan sugesti itu.

- PBS sangat sadar dan lugu

PBS itu sadar, cerdas, dan lugu.  PBS sadar 24 jam bahkan ketika kita sedang tidur, cerdas karena  bisa  menangkap  sugesti  apapun  yang  diberikan  tanpa  ada  kesalahan.  PBS  lugu  karena dia hanya menerjemahkan apapun yang disugestikan tanpa ada persepsi lainnya.

- PBS hanya mengenal waktu sekarang

Waktu lampau dan yang akan datang tidak dikenal oleh PBS. Maka kata-kata seperti 'akan', 'besok', 'tahun depan' atau 'tadi', 'sebulan yang lalu' tidak ditanggapi oleh PBS.

- PBS  tidak  menganal  kata-kata  negatif  seperti  'jangan',  'tidak',  'dilarang'.  Bila  ada sugesti seperti ini: 'Kamu tidak boleh berbohong' akan ditafsirkan menjadi 'Kamu boleh berbohong'. Atau 'Aku dilarang pulang malam' akan ditafsirkan 'Aku pulang malam.'

- PBS akan dengan mudah mengikuti instruksi positif yang dilakukan berulang-ulang. Dengan mengetahui sifat-sifat PBS di atas, kita akan bisa mengaktifkan Sedulur Papat kita, dan mengoptimalkan mereka untuk membantu kesuksesan kita.

CITASI

Dukun Milenial. "Mengenal Istilah Sedulur Papat Limo Pancer dalam Kejawen" Kumparan. 7 Juni 2021. Diakses tanggal 24 Oktober 2022.

Sugianto Edi. "Sedulur Papat Limo Pancer" Naqsdna. 2012. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun