Mohon tunggu...
Desi Windari
Desi Windari Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD

Pendidikan, pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Peningkatan Kognitif pada Anak Usia Dini

1 Desember 2023   16:22 Diperbarui: 1 Desember 2023   17:03 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak.

Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Slamet Suyanto, 2005: 6).

Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan anak usia dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompokbermain (KB), aman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD  atau yang kita kenal dengan satuan PAUD sejenis (SPS).

Maleong menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk anak usia dini jalur non

formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak (TPA) usia 0-6 tahun); kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PADU sejenis (SPS) usia 0-6 tahun (Harun, 2009: 43).

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut harus diberikan melalui lingkungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA. 

 

  • TEORI-TEORI BELAJAR
    • Teori Konstruktivisme
    • Teori pembelajaran yang diterapkan pada pendidikan anak usia dini menganut teori belajar konstruktivisme yang disumbangkan oleh Jean Piaget dan Vigotsky. Menurut teori belajar ini belajar sebagai usaha membangun pengetahuan tidak hanya bersumber dari guru, namun siswa juga aktif dalam membangun pengetahuan. Ausubel dalam Isnawati dkk (2013) berpendapat bahwa belajar adalah proses penuh makna dalam mempertautkan kejadian atau bahaan (informasi) baru dengan konsep dan proporsi-proporsi yang sudah ada dalam bentuk kognisi. Dalam proses menghubungkan informasi baru dengan konsep-konsep yang ada itulah diperoleh pengetahuan baru, ingatan baru, organisasi pengetahuan baru yang secara hierarki dan terjadi proses kelupaan.

Dapat diartikan bahwa belajar merupakan proses yang penuh makna dalam membangun pengetahuan yang didasari dari kejadian-kejadian yang dialami oleh siswa. Sedangkan Semiawan dalam Sujiono dan Nuaraini (2013) berpendapat bahwa pendekatan konstruktivisme bertolak dari satu keyakinan bahwa belajar adalah membangun (to construct) pengetahuan itu sendiri, setelah direncanakan dan kemudian dipahami dalam diri individu dan merupakan perbuatan dalam diri seseorang. Dalam perbuatan belajar seperti itu bukan apanya atau isi pembelajarannya yang penting, melainkan bagaimana mempergunakan peralatan mental untuk menguasai apa yang dipelajari."

Pendapat di atas tentang teori konstruktivisme dapat diartikan bahwa belajar merupakan pengetahuan yang dibangun oleh anak itu sendiri berkat pengalaman-pengalaman dan interaksi aktif dengan lingkungan yang melibatkan teman sebaya dan orang dewasa.

Dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia untuk membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Teori ini menuntut guru untuk menciptakan suasana yang memungkinkan anak untuk meningkatkan dan menyempurnakan konsep yang dipahami sebelumnya, sehingga anak dapat membangun pengetahuannya sendiri dan memecahkan suatu masalah.

  • Teori Behaviorisme

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun