Janno tak ingin mencampuri urusan ayahnya. Melihat ayahnya sibuk bicara, ia mengeluarkan hape dan bermain game.
" Sudah bosan gagal makanya aku mengharapkan bantuan Om. Siapa tahu Om DC lebih beruntung. Aku janji memberi Om sesuatu yang memuaskan sebagai imbalan andai Om berhasil." Halisti tersenyum manis.
" Wah, ini yang berbahaya. Coba jelaskan sesuatu yang ingin kamu berikan sebagai imbalan itu apa? Aku ogah terima sesuatu yang berbau remang-remang, "
" Remang-remang gimana ?" tanya Halisti.
" Aku pernah menyelesaikan sebuah kasus, dan imbalannya adalah pemilik kasus ingin memberiku sesuatu yang seharusnya hanya diberikan pada suaminya. " beber DC tanpa sikap sok bangga.
" Om tentu kesenangan diberi kenikmatan,"
" Kata siapa,"
" Kataku,"
" Kamu masih bocah, tau apa. "
" Tadi mengataiku tua, sekarang mengataiku bocah. Ada apa dengan Dewa Cinta ?" Nada Halisti sarkartis.
" Cara omongmu mirip orangtua, pikiranmu masih bocah." DC menjelaskan sambil makan sup tomyam.