" Bukan tipeku," jawab Halisti ketus.
" Tipemu pasti lelaki berduit, tuir gak jadi soal, jelek gapapa, yang penting pengusaha " Skak DC, sengaja ingin membuat Halisti jengkel.
" Dewa Cinta kok ngomongnya begitu," Halisti memperlihatkan wajah tak suka.
" Gadis yang dibesarkan single parent wanita cenderung mendambakan figur seorang ayah, akan mencari pacar yang mirip figur ayah yang didambakannya." Oceh DC.
" Kalau masih ngomongin cinta, aku pergi loh. Aku singgah buat makan siang, bukan buat diceramahi," muka Halisti cemberut.
" Oke. Mari ikut makan bersama kami. Pelayan ! Minta piring satu lagi !" teriak DC ke pelayan yang lewat tak jauh darinya.
Wajah Halisti berubah cerah." Gitu donk. Eh, ini anakmu? Kok gak mirip bapaknya ?" ini basa-basi ala Halisti.
" Apanya yang gak mirip?" tanya DC.
" Anakmu pendiam, bapaknya ceriwis," Halisti ketawa renyah.
" Siapa bilang Janno pendiam. Dia hanya merasa tidak sopan jika menyela omongan orang tua." DC membela anaknya.