" Emang aku dianggap tua?" protes Halisti.
" Anak SMA memanggil mahasiswi dengan panggilan kakak senior, kalau memanggil karyawan ibu atau bu Halisti, tul engga, Jan?" DC mencari dukungan dari anaknya.
Janno mengangguk sambil mengacungkan jempol. Kembali Halisti menunjukkan wajah cemberut.
" Anak dan bapak kompak ngeroyok seorang wanita. Itu namanya pelecehan," Halisti mengambil nasi ke piring yang diletakkan pelayan di hadapannya.
" Anggaplah itu sebuah kebetulan. Padahal Aku merasa kamu punya tujuan muncul tiba-tiba begini." Kata DC kalem, yakin tebakannya benar.
" Kenapa Om mengira aku punya tujuan? " tanya Halisti, mengambil beberapa udang ke piringnya.
" Karena sejak keluar dari Bigmarket kulihat mobilmu mengekoriku hingga masuk ke mari, kalau itu bukan tujuan, berarti modus namanya, " DC kembali terkekeh.
" Susah mengelabui orang pintar. Oke deh, aku mengaku modus. Tapi modusnya bukan buat aku. Aku ingin meminta Om menjodohkan seseorang." Halisti mengaku dengan terpaksa.
" Menjodohkan siapa ?" tanya DC.
" Ibuku," jawab Halisti.
" Wah, ini kasus menarik. Kenapa kamu memintaku menjodohkan ibumu? Bukankah seharusnya kamu bisa melakukan sendiri tugas mak comblang semacam itu?" tanya DC.