Mohon tunggu...
Deni Humaedi
Deni Humaedi Mohon Tunggu... -

sekarang bergiat di kelompok studi Balai Merdeka Institute yang fokus pada tema-tema filsafat politik, sosial, budaya, dan sastra. Juga bergiat di Forum Lingkar Pena (FLP) Ciputat Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cincin Pernikahan

5 November 2011   03:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:02 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari semakin sore. Marnih masih belum menemukan cincin itu. Sementara sebentar lagi suaminya pulang.

Tanpa salam, Marjan masuk ke rumah. Dia mendapati Marnih dengan wajah layu dan kuyu.

Ditanyanya kenapa wajah Marnih tak seperti biasanya meskipun ada simpul-simpul senyum dibibirnya. Tapi sebagai suami Marjan tahu bahwa Marnih sedang diendapkan masalah.

"Mar" demikian ia biasa menyapa isterinya itu

"ini adalah hari jadi pernikahan kita. Aku bawakan sesuatu yang spesial untukmu"lanjut Marjan

Marnih mengiyakan dan mendengarkan baik-baik apa yang dikatakan suaminya itu.

"semalam aku bermimpi. Mimpi yang sangat indah sekali"

"mimpi apa?" marnih mulai bersemangat

"aku mimpi ketika aku melamarmu dan perjuanganku membeli cincin pernikahan sebagai tanda cinta kita"

Mendengar demikian, dada Marnih sesak. Ia tak antusias lagi tentang mimpi suaminya tapi hatinya ingin.

"lalu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun