"Enggak sih. Cuma enggak menyangka saja kalau jalannya seperti ini. Pasar tradisional yang kumuh dan semrawut."
   "Jadi bagaimana? Mau lanjut atau kembali," ujar Indra.
   "Lanjut saja. Sudah terlanjur di sini."
   "Oke kalau begitu. Yuuuk!" ajak Indra.
   Aku pun mengekor di belakang Indra. Kurapikan posisi tas agar aman. Sebentar-bentar aku tersenggol oleh orang yang lalu lalang. Sehingga berjarak dengan Indra. Agar tak kehilangan jejak maka begitu dekat dengan Indra segera kuraih lengannya.
   "Kenapa?" tanya Indra.
   "Takut ketinggalan," sahutku dengan tersipu. Indra tersenyum. Diraihnya tanganku lalu dilepaskan dari lengannya. Sebagai gantinya Indra meraih jemariku dan menggenggamnya dengan erat. Lalu melanjutkan langkahnya sambil menggandengku. Aku tersenyum sendiri. Ada perasaan nyaman mengaliri hatiku.
   "Hati-hati dengan tasmu."
   "Iya, Kak. Sudah."
   Kami menyusuri lorong-lorong yang ada di pasar. Sesekali menghindari bersenggolan dengan orang yang tampak terburu-buru. Tak berapa lama tibalah ditempat yang kami tuju.
   "Sampai. Ini tempatnya," ucap Indra.