Selain Calon Arang, tokoh perempuan lainnya yang memiliki kekuasaan terhadap eksistensi dirinya adalah Wedawati. Wedawati merupakan gadis cantik, ramah, dan berhati mulia. Ia memiliki prinsip yang kuat dalam bersikap. Jika Calon Arang menunjukkan kekuasaannya melalui teluh, Wedawati menunjukkan kekuasaannya melalui sikap.
"Mengapa engkau hendak menyedihkan hati ayahmu, Wati?"
"Ayahanda," kata Wedawati sopan, "hamba sudah berniat tinggal di kuburan ini. Hamba tidak ingin pulang."
"Kalau engkau tinggal di sini, anakku, angin, hujan, panas, dan dingin udara itu akan membuat engkau tidak sehat," ayahnya menasihati lagi.
"Biarlah hamba sakit, ayahanda. Biarlah hamba sakit," jawab Wedawati.
"Mengapa engkau hendak menyedihkan hatiku, Wati?" tanya Sang Pendeta.
"Bukan maksud hamba menyedihkan ayah," kata Wedawati pula. "Kalau hujan turun dan udara dingin, biarlah hamba sakit. Biarlah hamba lenyap." (CCA: 64)
Kutipan di atas memaparkan dialog antara Wedawati dan ayahanda Baradah. Ayahanda menginginkan anaknya kembali ke rumah tetapi Wedawati menolaknya dengan sopan. Saat itu, Wedawati sedang berada di kuburan ibunya.Â
Karena suatu hal, Wedawati memutuskan untuk tetap tinggal di sana. Segala bujukan, rayuan, dan permintaan ayahanda tetap tidak mengubah keputusan Wedawati.Â
Sikap teguh pendirian yang telah ditunjukkan Wedawati menegaskan keberaniannya untuk meneruskan dan menentukan pilihan hidupnya. Dalam hal ini Wedawati dapat diposisikan sebagai subjek karena ia tidak merasa teralienasi oleh orang lain terutama ayahnya. Ia bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri.
Untuk mengubah niat anaknya, Empu Baradah sampai meminta bantuan pada dewa. Namun, usahanya kembali gagal karena dewa tidak mengabulkan permintaannya. Akhirnya, Empu Baradah mengalah untuk tidak memaksa Wedawati kembali ke rumah.Â