Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sastra: Titik Perempuan Subaltern dalam Novel "Cerita Calon Arang" Karya Pramoedya Ananta Toer

22 November 2021   08:35 Diperbarui: 22 November 2021   08:40 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Selain Calon Arang, tokoh perempuan lainnya yang memiliki kekuasaan terhadap eksistensi dirinya adalah Wedawati. Wedawati merupakan gadis cantik, ramah, dan berhati mulia. Ia memiliki prinsip yang kuat dalam bersikap. Jika Calon Arang menunjukkan kekuasaannya melalui teluh, Wedawati menunjukkan kekuasaannya melalui sikap.

"Mengapa engkau hendak menyedihkan hati ayahmu, Wati?"

"Ayahanda," kata Wedawati sopan, "hamba sudah berniat tinggal di kuburan ini. Hamba tidak ingin pulang."

"Kalau engkau tinggal di sini, anakku, angin, hujan, panas, dan dingin udara itu akan membuat engkau tidak sehat," ayahnya menasihati lagi.

"Biarlah hamba sakit, ayahanda. Biarlah hamba sakit," jawab Wedawati.

"Mengapa engkau hendak menyedihkan hatiku, Wati?" tanya Sang Pendeta.

"Bukan maksud hamba menyedihkan ayah," kata Wedawati pula. "Kalau hujan turun dan udara dingin, biarlah hamba sakit. Biarlah hamba lenyap." (CCA: 64)

Kutipan di atas memaparkan dialog antara Wedawati dan ayahanda Baradah. Ayahanda menginginkan anaknya kembali ke rumah tetapi Wedawati menolaknya dengan sopan. Saat itu, Wedawati sedang berada di kuburan ibunya. 

Karena suatu hal, Wedawati memutuskan untuk tetap tinggal di sana. Segala bujukan, rayuan, dan permintaan ayahanda tetap tidak mengubah keputusan Wedawati. 

Sikap teguh pendirian yang telah ditunjukkan Wedawati menegaskan keberaniannya untuk meneruskan dan menentukan pilihan hidupnya. Dalam hal ini Wedawati dapat diposisikan sebagai subjek karena ia tidak merasa teralienasi oleh orang lain terutama ayahnya. Ia bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri.

Untuk mengubah niat anaknya, Empu Baradah sampai meminta bantuan pada dewa. Namun, usahanya kembali gagal karena dewa tidak mengabulkan permintaannya. Akhirnya, Empu Baradah mengalah untuk tidak memaksa Wedawati kembali ke rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun