Putih kaget, dan langsung jatuh ke lantai.
“Putih, Putih! Ada apa?” heran saudarinya
Tanpa berkata ia menangis, itu membuat saudarinya semakin bingung dan khawatir. Merah sebagai kakak tertua memeluk Putih dan membawanya duduk di atas kursi.
“Putih, kalau ada masalah, kau ceritakan pada kami, jangan sungkan. Kami akan membantu mu” lembut Merah
“Hiks,Hiks! Kak Ayah sudah mati!” teriak Putih
Semuanya terkejut! Dan ikut bersedih atas apa yang diucapkan oleh Putih. Mereka kembali membaca sepucuk surat itu, dan diakhir surat ternyata ada ungkapan ‘Maaf ayah, tidak bisa hidup lebih lama lagi’ semuanya mengerti kenapa Putih jatuh ketika membaca surat tersebut.
“Putih, Ayah menuliskan, kamu harus menjadi pemimpin yang baik. Kami tidak iri padamu, kamu pantas mendaptkannya” tegas Biru
“Sebenarnya, aku takut untuk memerintah. Apalagi ini istana pusat warna-warni. Aku akan mewakili semua warna untuk memimpin negara ini.” Cemas Putih
“Putih, yang ku tahu selalu berani dan tidak pernah menyerah. Kami yakin padamu. Jangan pernah cemas. Kau dipilih karena kau di percaya, Putih!” bilang Ungu
“Baiklah, aku akan mencoba. Tapi, sebelumnya aku ingin mencari tahu tentang sebab kematian ayah. Tidak mungkin ayah mati dengan sendirinya!” bijak Putih
“Betul juga, aku juga heran dengan itu. Kenapa istana ini tidak pernah mengabarkan bahwa ayah membutuhkan pertolongan dari kita” bingung Hitam