Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pajak di Arab Saudi dan Jembatan Penyebrangan di Riyadh, Melihat Arab Saudi yang Bertransformasi - Bagian 1

7 Mei 2023   18:57 Diperbarui: 7 Mei 2023   19:03 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sore itu kami memasuki sebuah gerai waralaba makanan global di Riyadh. Pusat pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Setelah melihat paket-paket yang ditawarkan, kami putuskan membeli satu paket. Harganya tertulis 25 Riyal Arab Saudi.

Setelah invoice dicetak, kami menyerahkan satu lembar uang 100 SAR. Pelayan toko lalu memberikan paket makanan yang kami pesan bersama 75 Riyal Arab Saudi.

Baca juga;

Khutbah Jumat di Arab Saudi dan di Iran

Sebagai orang Indonesia yang biasa disajikan harga diluar pajak, kembalian 75 Riyal setelah berbelanja 25 Riyal terasa aneh. Seolah tidak ada pajak.

Untuk memastikan bahwa uang yang kami terima sudah benar, kami pun mengkonfirmasi penjualnya.

"Is this right?Does this include tax?" Sambil menunjukan uang 75 Riyal.

Baca juga;

Diri'yyah dan Gap Imajinasi Muslim Indonesia

Dibalas wajah heran, pelayan toko dari Philipina itu menjawab, "Of course. That's including Tax. We have to pay Tax now."

Selain terkejut, ada kalimat yang membuat kami heran. Kalimat itu "...Have to pay Tax Now."

Namun tanpa perlu bertanya, pelayan toko bercerita sendiri mengenai kalimat diatas.

Baca juga;

Air Mineral Di Masjid Arab Saudi, Absurdnya Lupa Puasa Dan Minum Didalam Masjid di Siang Hari Bulan Ramadhan 

Katanya, dia sudah hampir dua belas tahun di Arab Saudi. Namun baru sekitar empat tahun terakhir direpotkan dengan tugas baru, mencatat Value Added Tax (Tax) alias Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Mencatat PPN adalah tugas baru. Karena sebelumnya tidak ada pajak dalam setiap penjualan barang dan jasa di Arab Saudi.

Setelah ditelusuri, ternyata Kerajaan Arab Saudi baru menerapkan PPN sejak 1 Januari 2018. Bagian dari reformasi ekonomi dalam Visi 2030.

Baca juga;

Ragam Bahasa Arab Dalam Keseharian Masyarakat Arab Saudi, Kisah Lucu Negosiasi Dengan Supir Taksi di Riyadh!

Tarifnya 5% untuk sebagian besar barang dan jasa. Beberapa dikenakan tarif lebih besar. Seperti PPN untuk makanan siap saji.

Sebelum tahun 2018 masyarakat Arab Saudi hanya mengenal kewajiban membayar zakat. Besarannya 2.5% dibayar setahun sekali bila sudah mencapai nisab (kadar).

Mungkin dari sinilah asal pendapat beberapa muslim Indonesia yang mengatakan bahwa yang diajarkan Islam adalah membayar zakat, bukan pajak. Hanya saja itu adalah Arab Saudi sebelum tahun 2018.

Baca juga;

Memahami Ayat dan Hadis Anti Perbudakan Melalui Dinamika Ketenagakerjaan Arab Saudi Terkini 

Kebijakan ini menimbulkan pertanyaan banyak kalangan. Kenapa Arab Saudi memberlakukan Pajak bagi warganya.

Ada banyak jawaban atas pertanyaan diatas. Sebagian mengatakan bahwa Arab Saudi didesak WTO. Ada juga yang mengatakan karena desakan negara-negara tetangga.

Diluar segala spekulasi yang berkembang mengenai kebijakan ini, adalah hal menarik bila kita melihat dinamika di Arab Saudi itu sendiri.

Baca juga;

Kenapa Masyarakat Arab Saudi Suka Memakai Baju Berwarna Putih

Karena ini berkaitan dengan anggaran sebuah negara dimana pemasukan utamanya dari sektor Minyak Bumi, maka menarik untuk melihat keduanya sekaligus. Anggaran negara Arab Saudi dan harga Minyak Bum dunia.

Bila dilihat dari sisi anggaran negara, pada tahun 2015 Arab Saudi mengalami goncangan ekonomi yang cukup dalam. Hal yang juga dialami negara teluk lain yang pendapatan utamanya berporos pada Minyak Bumi.

Untuk pertama kalinya anggaran Arab Saudi minus. Defisit anggarannya cukup dalam. Mencapai 365 Miliar SAR atau sekitar 15.9% dari PDB.

Baca juga;

China dan Peran Negara-Negara Islam Dalam Perundingan Damai Arab Saudi Dan Iran 

Angka ini bukan hanya tinggi, tapi sangat tinggi. Karena defisit anggaran yang kerap dijaga masing-masing negara adalah antara 3-5%. Ekonom meyakini, bila defisit melebihi angka itu, akan berakibat fatal.

Sebagai negara yang bergantung kepada minyak bumi, situasi ini tidak lepas dari harga minyak global pada tahun sebelumnya. Karena tahun 2014 harga minyak dunia jatuh tajam. Tertajam dari yang pernah terjadi sebelumnya.

Penyebabnya adalah over supply.

Baca juga;

Shalat Jamaah di Masjid Arab Saudi 

Waktu itu Amerika dan Kanada berhasil menemukan teknologi fracking pengeboran minyak. Teknologi ini memungkinkan pengeboran minyak bisa mencapai endapan minyak terdalam yang tidak pernah bisa dijangkau sebelumnya.

Fracking memungkinkan Amerika meningkatkan produksi minyaknya. Mencapai 9 Juta barel/hari. Tertinggi dalam 30 tahun terakhir.

OPEC sebagai kumpulan negara-negara pengekspor minyak bumi pun tidak menurunkan produksinya. Termasuk Arab Saudi yang menjadi salah satu negara utama didalamnya.

Baca juga;

Sisi Lain Pentingnya Suami atau Mahram Perempuan Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Arab Saudi

Sementara pada saat bersamaan ekonomi China mengalami perlambatan. Padahal China adalah konsumen energi terbesar di dunia. Di sisi lain Jepang juga sedang masuk masa resesi dan mata uang Euro juga turun.

Ekonomi dunia pada masa itu betul-betul turun. Sementara produksi minyak terus digenjot.

Karenanya terjadilah over supply minyak dan harga minyak dunia jatuh. Bila Juni 2014 harga minyak adalah $110 perbarel, pada Januari 2016 harga minyak kurang dari $30 perbarel.

Baca juga;

Arab Saudi Dan Tempat-Tempat Suci Bersejarah 

Setelah defisit anggaran ini, Arab Saudi sendiri pada dasarnya berhasil mengontrol kembali angarannya. Anggarannya pulih kembali pada tahun 2018. Sebelum goyah lagi karena wabah Covid-19.

Kebijakan untuk mengembalikan kembali defisit anggaran inilah yang menarik. Kejatuhan harga minyak di tahun 2014 menjadi trigger bagi kerajaan untuk melihat kembali postur anggaran negaranya.

Dari sisi pendapatan, jelas bila Arab Saudi sangat tergantung pada minyak bumi. Sektor ini menyumbang hampir 50% pendapatan Arab Saudi.

Baca juga;

Umrah sebagai sebuah pengalaman keberagamaan

Sementara dari sisi pengeluaran, Kerajaan Arab Saudi banyak memberikan subsidi dan membayar tenaga kerja asing. Disamping belanja militer karena perang Yaman dan Suriah.

Sepertinya berdasar hal diataslah terjadi reorganisasi anggaran Arab Saudi. Mulai dari upaya diversifikasi sumber pendapatan negara, pengurangan subsidi, pengurangan ketergantungan tenaga kerja asing, dan pengurangan anggaran untuk perang.

Setidaknya ada tiga hal yang dilakukan Arab Saudi untuk melakukan diversifikasi ekonomi. Ketiganya adalah Pariwisata, Investasi dan penerapan Pajak.

Sebelum menerbitkan visa turis untuk pertama kalinya pada 27 September 2019, Arab Saudi sudah mulai membangun pusat-pusat destinasi wisata baru untuk masyarakat dunia.

Baca juga;

Pajak di Arab Saudi dan Jembatan Penyebrangan di Riyadh, Melihat Arab Saudi Yang Bertransformasi - Bagian 3

Destinasi terbesar tentunya ada pada proyek gigantik Neom City.

Di Neom terdapat Trojena. Gunung yang diubah menjadi tempat Ski Es. Padahal Arab Saudi bukan hanya dikenal dengan padang pasirnya, tetapi juga cuaca ekstremnya. Bila memasuki musim panas, suhu bisa mencapai 49 derajat celcius. Sangat panas.

Di Neom City juga Arab Saudi membuat destinasi wisata premium, Sindalah. Sebuah pulau baru yang diisi berbagai hotel, restoran premium serta tempat Yacht Club untuk menikmati Laut Merah.

Bersambung ke ;

Pajak di Arab Saudi dan Jembatan Penyebrangan di Riyadh, Melihat Arab Saudi Yang Bertransformasi - Bagian 2

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun