Bila dilihat dari sisi anggaran negara, pada tahun 2015 Arab Saudi mengalami goncangan ekonomi yang cukup dalam. Hal yang juga dialami negara teluk lain yang pendapatan utamanya berporos pada Minyak Bumi.
Untuk pertama kalinya anggaran Arab Saudi minus. Defisit anggarannya cukup dalam. Mencapai 365 Miliar SAR atau sekitar 15.9% dari PDB.
Baca juga;
China dan Peran Negara-Negara Islam Dalam Perundingan Damai Arab Saudi Dan IranÂ
Angka ini bukan hanya tinggi, tapi sangat tinggi. Karena defisit anggaran yang kerap dijaga masing-masing negara adalah antara 3-5%. Ekonom meyakini, bila defisit melebihi angka itu, akan berakibat fatal.
Sebagai negara yang bergantung kepada minyak bumi, situasi ini tidak lepas dari harga minyak global pada tahun sebelumnya. Karena tahun 2014 harga minyak dunia jatuh tajam. Tertajam dari yang pernah terjadi sebelumnya.
Penyebabnya adalah over supply.
Baca juga;
Shalat Jamaah di Masjid Arab SaudiÂ
Waktu itu Amerika dan Kanada berhasil menemukan teknologi fracking pengeboran minyak. Teknologi ini memungkinkan pengeboran minyak bisa mencapai endapan minyak terdalam yang tidak pernah bisa dijangkau sebelumnya.
Fracking memungkinkan Amerika meningkatkan produksi minyaknya. Mencapai 9 Juta barel/hari. Tertinggi dalam 30 tahun terakhir.